Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kondisi Rumah Cendana Soeharto, Dulu Penuh Kenangan dan Cerita, Kini Lapuk Tak ada yang Mengunjungi

Rumah ini menjadi alasan mengapa keluarga Soeharto disebut dengan Keluarga Cendana. Terletak di Jalan Cendana nomor 6 hingga 8, Menteng.

Editor: Torik Aqua
Tribunnews/Abdi Ryanda Sakti dan Kompas
CENDANA – Rumah Presiden ke-2 RI, Soeharto, di Jalan Cendana nomor 6-8, Menteng, Jakarta Pusat, tampak sepi dan lapuk saat ia dianugerahi gelar pahlawan nasional, Senin (10/11/2025). Bangunan yang dulu menjadi pusat kekuasaan kini berdiri dalam keheningan, ditinggal anak-anaknya dan hanya dijaga oleh kenangan. 

Namun sejak Prabosutedjo wafat pada 2018, rumah itu tak lagi jadi tempat berkumpul.

“Ya, masih ada sesepuhnya. Semenjak Pak Prabosutedjo almarhum, wacana mau jadi museum kan, akhirnya beliau almarhum, ya sudah. Enggak ada yang dituakan lagi,” jelas Slamet.

Hingga kini, belum ada keputusan resmi terkait wacana museum tersebut.

Meski begitu, Slamet tetap merawat rumah, meski tak seintensif dulu.

Ia mengaku bangga saat Soeharto dianugerahi gelar pahlawan nasional.

“Ya kalau kita sih senang-senang aja ya. Namanya juga kita menghormati, bagaimanapun juga bos kita, pemimpin kita zaman itu. Terlepas dari plus minusnya, namanya manusia kan, pasti ada plus minusnya. Pro dan kontra itu pasti ada,” tuturnya.

Pengakuan Negara di Hari Pahlawan

Pengakuan negara terhadap jasa Soeharto datang melalui Keputusan Presiden Nomor 116/TK/Tahun 2025. Gelar pahlawan nasional diberikan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam upacara kenegaraan di Istana Negara.

Selain Soeharto, gelar pahlawan nasional juga dianugerahkan kepada sembilan tokoh lainnya dari berbagai latar perjuangan.

Mereka adalah Marsinah, aktivis buruh dari Jawa Timur; Abdurachman Wahid (Gus Dur), Presiden ke-4 RI; Mochtar Kusumaatmadja, ahli hukum internasional; serta Hajjah Rahma El Yunusiyyah, tokoh pendidikan dari Sumatera Barat. 

Nama-nama lainnya meliputi Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, Sultan Muhammad Salahuddin dari NTB, Syaikhona Muhammad Kholil, Tuan Rondahaim Saragih, dan Zainal Abisin Syah dari Maluku Utara.

Penganugerahan ini mencerminkan keberagaman kontribusi para tokoh terhadap bangsa, dari perjuangan kemerdekaan, pendidikan, hingga hak-hak pekerja.

Dari Pusat Kekuasaan Menjadi Rumah yang Ditinggal Waktu

Di tengah kondisi rumah yang mulai lapuk, suasana di Cendana menjadi latar yang tak terduga bagi momen reflektif ini.

Rumah yang dulu menjadi pusat kekuasaan selama tiga dekade kini berubah menjadi ruang kenangan yang dijaga oleh mereka yang masih setia.

Tak lagi didatangi oleh keluarga besar yang dulu memenuhinya, rumah ini berdiri dalam keheningan.

Dari pagar berkarat hingga genting yang amblas, setiap sudut menyimpan jejak masa lalu yang perlahan memudar, namun tetap berbicara tentang sejarah yang pernah hidup di dalamnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved