Saat Kaum Milenial Buat Naskah Proklamasi Pakai Mesin Ketik Manual, Begini Sensasi yang Dirasakan
Saat mengetik, para siswa menggunakan mesin ketik manual yang diatur sendiri oleh mereka.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Generasi milenial saat ini sudah tidak lagi melihat mesin ketik manual. Pasalnya benda ini sudah jarang digunakan dan untuk melihatnya hanya di museum.
Namun, Selasa (15/8/2017) hari ini, siswa SMP Muhammadiyah 5 Surabaya bisa melihat bahkan memakai mesin ketik manual tersebut.
Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan mengetik naskah proklamasi layaknya Moh Ibnu Sayuti Melik, yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta, saat memproklamirkan kemerdekaan Republik.
Saat mengetik, para siswa menggunakan mesin ketik manual yang diatur sendiri oleh mereka.
Meskipun lebih rumit dibandingkan mengetik dan mnecetak kertas menggunakan printer. Tetapi, para peserta lomba ini tampak antusias memencet keyboard yang terbuat dari besi tersebut.
(Dua Bulan Jalin Hubungan, Inilah Percakapan Bu Lurah Cantik dengan Pelaku Sebelum Tewas)
Mohammad Zakky Rabbani Maulana, siswa kelas IX mengungkapkan sangat ingin menggunakan mesin ketik manual. Lantaran ia sangat menyukai film dokumenter tentang kemerdekaan RI.
“Saya ingin tahu rasanya mengetik naskah proklamasi pakai mesin ketik. Dulu saja mnegetik naskah proklamasi bisa habis kertas banyak karena kalau salah dibuang,” ujarnya, sambil mengetik naskah proklamasi.
Meski cukup kesulitan meletakkan kertas pada mesin ketik. Ia tetap berusaha mengetikkan setiap kalimat dalam proklamasi ini.
Sementara itu Nafizah Diyanah, peserta lomba lainnya merasa tertantang dengan lomba tersebut. Baginya lomba tersebut unik dan jarang ada.
(Memilukan, Beginilah Kronologis Lengkap Tragedi Bocah Tewas Diterkam Anjing Pitbull)
Apalagi sebagai satu-satunya peserta wanita, dirinya mampu mengetik dengan lebih sabar dan rapi dibandingkan teman-temannya.
“Seru sih, walaupun susah juga ngetiknya. Sambil bayangin saja dulu itu orang-orang kalau mau nikin surat susahnya sepertiimo. Jadi biar bisa lebih bersyukur,” katanya.
Guru Pendidikan Kewarganegaraan, Susetyowati mengungkapkan, melalui lomba ini siswa dapat menghayati betapa perumusan dan pengetikan naskah proklamasi tidak semudah teknologi saat ini.
Dulunya naskah proklamasi harus diketik manual kemudian diperbanyak mengunakan kertas sid atau diketik Iagi berkali-kali.