Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

'Cuci Otak' Dokter Terawan Tidak Ada di Guideline Dunia? Begini Kata Dokter Lulusan RS Unair

Dokter Terawan Agus Putranto banyak diperbincangkan karena metodenya menyembuhkan struk yang disebut 'cuci otak' menimbulkan pro dan kontra.

Penulis: Triana Kusumaningrum | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Grid.ID
Ilustrasi otak dan Dokter Terawan 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Triana Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Nama dokter Terawan Agus Putranto akhir-akhir ini banyak diperbincangkan karena metodenya menyembuhkan penyakit struk yang disebut 'cuci otak' menimbulkan pro dan kontra.

Dokter dari RSPAD Gatot Subroto tersebut bahkan sudah diberhentikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Menanggapi hal ini, dokter spesialis saraf Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), Yudhi Adrianto dr Sp S FINR mengatakan, seorang dokter harus punya patokan ilmiah yang sifatnya Evidence-based Medicine.

Yudhi Adrianto, dr., Sp.S., FINR menunjukan catheter yang digunakan dalam diagnostic melalui DSA saat ditemui di RSUA pada Kamis (5/4/2018)
Yudhi Adrianto, dr., Sp.S., FINR menunjukan catheter yang digunakan dalam diagnostic melalui DSA saat ditemui di RSUA pada Kamis (5/4/2018) (TRIBUNJATIM.COM/TRIANA KUSUMA)

Evidence-based medicine ( EBM) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah.

(Dari Foto Berani Irish Bella dan Pacar hingga Pose Kareena Kapoor Bareng Istri Shahrukh Khan)

"Sebelum dilakukan pada manusia ada kaidah-kaidah penelitian ada fase 1, 2, 3, 4, sehingga pada manusia manfaatnya, bahayanya dan potensi komplikasinya sudah terukur dengan baik dan aman," ujar Yudhi pada Kamis (5/4/2018)

Menurut penuturan Yudhi, selama ini dokter spesialis saraf selalu berpatokan pada guideline dunia yaitu guideline AHA-ASA (American Heart Association/American Stroke Association) yang diadopsi oleh Perdossi (Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia).

Dalam menangani pasien stroke, dokter lulusan S2 spesialis saraf Universitas Airlangga ini memastikan pakai prosedur yang sudah ada.

"Kita juga melakukan DSA (Digital Substracion Angiography), Intra-arterial thrombolysis, tetapi kita tidak melakukan 'brain wash', karena tujuan dari DSA adalah diagnostic," tegasnya.

(Ajak Bangun Super Team, AHY Harapkan Khofifah-Emil Menang di Pilgub Jatim 2018)

Yudhi menambahkan 'brain wash' atau 'cuci otak' tidak termasuk dalam pengobatan standar pada pasien stroke sesuai dengan standar guideline.

"Guideline penanganan stroke baik nasional maupun international 'brain wash' tidak masuk dalam katalog penanganan stroke," tambahnya.

DSA (Digital Substracion Angiography) sendiri merupakan tindakan diagnostic menggunakan Kontras dan Heparin untuk mencegah bekuan darah.

Tujuan DSA sendiri untuk mendiagnostic dan untuk mengevaluasi pembulu darah otak sehingga bisa diketahui penyakit dari pasien dan menentukan pengobatan yang tepat.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved