Tiket Masuk Dinaikkan, Pengunjung Obyek Wisata Sarangan Langsung Turun Drastis
Kenaikan tiket wisata Sarangan tanpa koordinasi akhirnya menjadi bumerang bagi pengunjung.
Penulis: Doni Prasetyo | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, MAGETAN - Kunjungan wisatawan ke obyek wisata Telaga Sarangan langsung turun drastis alias tak laku. Ini setelah Pemkab Magetan menaikkan tiket masuk lebih 150 persen dari sebelumnya, tanpa koordinasi dengan pelaku wisata setempat.
"Mayoritas warga Sarangan ini menggantungkan hidup dari obyek wisata, kalau semakin lama Sarangan tidak ada wisatawan yang datang, kami sudah sepakat akan demo ke Bupati dan DPRD," ujar Nisan, Sekretaris Jenderal BPC PHRI Kabupaten Magetan, didampingi Wakil Ketua Persatuan Organisasi Sarangan (Porwis) Supriyono, kepada Surya, Rabu (30/5/2018).
Menurut Nisan, kenaikkan tiket masuk obyek wisata Sarangan dengan mengacu Peraturan Bupati (Perbup) no 55 tahun 2017 itu, tanpa sepengetahuan dan melibatkan seluruh pelaku wisata.
Mulai PHRI, rental kuda, perahu, usaha kuliner (pecel, sate, bakso), Persatuan Pedagang Warga Sarangan (PPWS), tukang foto dan pemandu wisata yang seluruhnya tergabung di Porwis itu.
"Kami sudah berusaha menurunkan tiket masuk yang tidak masuk akal itu dengan mendatangi DPRD, Bupati dan Dinas Pariwisata, tapi sampai hari ini belum ada tanggapan. Kami memberikan tenggat waktu, untuk penurun harga tiket masuk rasional. Bila tetap tidak ditanggapi, kami akan demo ke Bupati dan DPRD," tegasnya, dibenarkan Supriyono pemilik hotel Nirwana ini.
Saat ini tarif masuk obyek wisata Sarangan untuk orang dewasa sebesar Rp 20. 000, dan anak anak Rp 15.000. Harga tiket masuk itu sudah termasuk asuransi Jasa Raharja Putra sebesar Rp 1000.
Sedang untuk sepeda motor Rp 2000, mobil Rp 5000, dan bus/truk Rp 10.000. Sebelumnya harga tiket masuk obyek wisata Sarangan, untuk pengunjung dewasa sebesar Rp 8.500 per orang dan anak-anak sebesar Rp 6.500 per orang.
"Sejak kenaikan tiket diberlakukan per 1 Januari 2018 lalu, kami dari PHRI dan Porwis melakukan studi banding ke obyek wisata pantai Baron, Parangtritis, Gunungkidul, Yogya yang terkenal itu. Disana, tiket masuk hanya Rp 6750 untuk orang dewasa, dari sebelumnya Rp 5.000. Jadi, kenaikkan hanya Rp 1750," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya minta Perbup kenaikkan tiket masuk Sarangan dicabut. "Karena, akibat Perbup itu, usaha warga Sarangan seluruhnya menjadi sepi," tegas pemilih hotel Sedap Malam ini.
Selama 10 tahun, fasilitas hiburan di obyek wisata Sarangan tidak ada penambahan dari Pemkab Magetan.
Sepertinya selama kurun waktu satu dasa warsa itu Pemkab Magetan hanya seperti mengekploitasi Sarangan, untuk diambil hasilnya secara habis habisan, tanpa memberikan imbal balik.
"Kalau sampai Dewan ngomong kepada media, kenaikkan tiket Sarangan sudah di compare (membandingkan) dengan obyek wisata didaerah lain, tiket sebesar itu relatif murah. Itu asbun (asal bunyi) saja," sergah Nisan.
Keluhan sepinya kunjungan wisata ke Sarangan juga dirasakan Jaimin, tukang perahu warga Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan.
Sejak tiket masuk obyek wisata Sarangan dinaikkan, penghasilannya menurun tajam. Kalau sebelumnya, dalam sehari bisa narik sedikitnya 10 kali. Tapi setelah kenaikkan tiket masuk, sehari hanya narik 3 kali sampai 5 kali.
"Sekarang sepi Sarangan, sehari ini saya belum menarik. Padahal dulu sebelum naik tiket masuk Sarangan, baik hari libur atau hari biasa, narik 5 kali sampai 10 kali itu mudah," ucapnya.
Untuk itu, pihaknya, kata Jaimin setuju kalau teman teman mau menggeruduk bupati dan DPRD, kita juga butuh hidup. Sarangan jangan hanya diambil hasilnya saja tanpa memikirkan kami dan lingkungan.
"Makanya turunkan tiket masuk Sarangan," pinta Jaimin. (Surya/Doni Prasetyo)