Detik-detik Wafatnya Soeharto, Sepotong Pizza dan Ingin Hadap Kiblat Serta Minta Anak Tidak Dendam
Inilah detik-detik Soeharto meninggal dunia. Ada sejumlah momen yang dilalui bersama Tutut Soeharto. Apa saja itu?
Penulis: Januar AS | Editor: Adi Sasono
Inilah detik-detik Soeharto meninggal dunia. Ada sejumlah momen yang dilalui bersama Tutut Soeharto. Apa saja itu?
TRIBUNJATIM.COM - Bagi sebagian masyarakat Indonesia, nama Soeharto memang begitu melekat.
Soeharto memang dikenal sebagai presiden kedua Indonesia, dan memimpin Indonesia selama 32 tahun.
Soeharto meninggal pada 27 Januari 2008.
Meski demikian, tidak banyak orang yang mengetahui detik-detik meninggalnya Soeharto.
Baru-baru ini, putri sulung Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut) mengisahkan saat dia menemani Soeharto beberapa waktu sebelum meninggal.
Hal itu disampaikannya dalam sebuah tulisan di situs miliknya www.tututsoeharto.id, Rabu (26/9/2018) lalu.
• Tak Ingin Insiden Berdarah Terulang, Bobotoh Dapat Pesan ini dari Kapten Tim Persib Bandung
Berikut ini isi lengkap tulisannya.
"Malam itu, tanggal 25 Januari 2008, bapak menghendaki dhahar (makan) Pizza. Kami mencari… Titiek dan Mamiek sibuk minta batuan temannya untuk mencarikan pizza sampai dapat.
Alhamdulillah masih ada yang buka. Bapak memangil kami berkumpul, untuk makan bersama Pizza tersebut. Tiba-tiba bapak menyanyikan lagu “Panjang Umurnya”. Rupanya bapak ingat, bahwa pada bulan Januari ada anaknya yang ulang tahun, yaitu saya, pada tanggal 23 Januari. Kami menemani bapak makan Pizza. Bapak dhahar satu potong pizza dengan lahap.
Alhamdulillah, malam itu Titiek membawa HP ke kamar rawat bapak. Jadi kami sempat berfoto bersama. Kami tidak pernah mengira, bahwa itu foto kami berenam terakhir dengan bapak. Bila malam itu Titiek tidak membawa HP-nya, mungkin kami tidak punya kenangan terakhir dengan bapak yang dapat kami abadikan.
Pada saat itu bapak akan sholat tahajud (yang selalu bapak lakukan setiap malam bertahun-tahun). Tapi kali ini bapak ingin tempat tidurnya diputar menghadap kiblat. Ada salah satu dokter menyampaikan kepada bapak, “Kalau sedang sakit, boleh tidak menghadap kiblat bapak.”
Bapak menjawab pelan tapi tegas: “Saya mau menghadap kiblat.”
Akhirnya, kami ikuti keinginan bapak. Suweden, salah seorang yang selalu setia menemani bapak, dibantu Sigit memutar tempat tidur menghadap kiblat. Dan bapak melakukan ibadah sholat tahajud. Subhannalloh.
Kesokan harinya (satu hari sebelum beliau wafat), tim dokter seperti biasanya, memeriksa kesehatan bapak. Selesai diperiksa, bapak memanggil saya.