Ketika Bapak-bapak di Surabaya Ditantang Mendongeng Dalam Festival Budaya Pustaka
Budaya literasi kini telah berkembang, tak hanya sekedar baca tulis, dongeng kini bisa menjadi pilihan.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Budaya literasi kini telah berkembang, tak hanya sekedar baca tulis, dongeng kini bisa menjadi pilihan.
Orang tua hingga pengajar juga mulai belajar mendongeng untuk mengenalkan pendidikan karakter pada anak.
Seperti yang dilakukan Miftachul Choiri (37), dia mengikuti lomba mendongeng dalam Festival Budaya Pustakan tahun 2018 di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya (Dispusip), Sabtu (20/10/2018).
Guru Tidak Tetap itu mengungkapkan telah mulai mendongeng tiga tahun lalu memakai cerita yang dikembangkan dari buku hingga Youtube.
(Buang Bayinya ke Tempat Sampah, Pembantu Rumah Tangga di Surabaya Mengaku Malu Hamil di Luar Nikah)
(FR, Oknum DPRD Bangkalan Tersangka Judi Domino Alami Sakit Jantung)
Untuk lomba kali ini, Mifta mengaku mengambil cerita 'Tiga Kata Ajaib' yang ia kembangkan karakter tokoh cceritanya agar menarik bagi anak-anak.
“Saya pakai bando juga sebagai salah satu karakter hewannya, biar anak-anak tertarik. Tapi lebih banyak saya pakai ekspresi wajah,” urainya.
Dalam kisah dongeng tiga kata ajaib ini, ia menceritakan anak kelinci yang mau sekolah harus ke kota karena tidak ada sekolah di desa.
Sebelum berangkat, si kelinci menemui kakek kura yang dihormati di desa, dan diajari tiga ajaib mulai dari 'Tolong', 'Terima kasih' dan 'Maaf'.
“Ini mengajarkan anak untuk memiliki karakter dan akhlak yang baik dalam berkata,”ungkapnya.
(Djanur Yakin Pemain Muda Persebaya yang Minim Pengalaman Mampu Atasi Persib Bandung)
(Sundulan Hanif Sjahbandi Bawa Arema FC Unggul Sementara 1-0 Atas Bali United)
Selain lomba mendongeng, dalam Festival Budaya Pustaka 2018 juga diadakan berbagai lomba yang melibatkan anak sekolah hingga warga di lingkungan RT dan RW.
Musdiq Ali Suhudi, Kepala Dispusip Kota Surabaya mengungkapkan, peningkatan kegiatan budaya baca akan terwujud jika hubungan antar pemangku kepentingan berjalan harmonis dan saling mendukung.
“Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya bersinergi dengan berbagai pihak menjadikan gemar membaca sebagai gaya hidup. Kegiatan ini diwujudkan dalam Festival Budaya Pustaka Tahun 2018,”uraiya.
Festival Budaya Pustaka Tahun 2018 bertema Gerakan Pemasyarakatan Minat dan Budaya Baca.
Adapun beragam rangkaian acara mulai Lomba Branding Taman Baca Masyarakat (TBM), Talk Show 'Fungsi TBM dalam Menghadapi Literasi Milenial', Workshop Pembuatan Program Kerja yang Efektif untuk TBM, Lomba Stand Up Comedy Literasi, Lomba Menulis Cerpen, Lomba Design Mind Mapping, Lomba Bapak Mendongeng kepada Anak, dan Pameran Surabaya Tempo Doeloe.
(Sundulan Hanif Sjahbandi Bawa Arema FC Unggul Sementara 1-0 Atas Bali United)
(Polemik Pasha Ungu Sebagai Wakil Wali Kota Palu Ditanggapi Sahabatnya, Enda: Dulu Gue Tidak Setuju)
“Festival Budaya Pustaka merupakan kegiatan akbar Dispusip tiap tahun dan juga dijadikan sebagai momentum untuk pemberian hadiah bagi peserta Kompetisi Branding TBM,”ungkapnya.