Warga Tlemang Lamongan Pertahankan Adat Sanggring, Juru Masak Harus 40 Orang Pria dan Tak Berhadas
Warga Tlemang Lamongan Pertahankan Adat Sanggring, Juru Masak Harus 40 Orang Pria dan Tak Berhadas.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Masyarakat Lamongan masih mempertahankan adat unik, yang diyakini sebagai bentuk syukur terhadap yang menciptakan bumi dan seisinya.
Adat unik dan menarik itu dipertahankan oleh warga Desa Tlemang Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan.
Tradisi itu sudah bertahan sejak ratusan tahun silam hingga kini yang bernama Sanggring.
Adat Sanggring ini pertama kali dimunculkan Ki Buyut Terik.
• Pengamen Ini Embat Ponsel di Rumah di Lamongan, Sempat Kabur ke Persawahan Sebelum Dicokok Polisi
Yang kala itu dimaksudkan sebagai jamuan untuk para tamu dan sedekah bumi yang kemudian diwariskan secara turun temurun di Tlemang, Kecamatan Ngimbang.
Sajian makanannya juga ditentukan, tidak boleh kurang atau lebih.
Artinya jumlah piring untuk jamuan para tamu harus pasti jumlahnya yakni 44 piring.
"Dulu kan ada seperti prajurit, mengundang teman-teman untuk jamuan makan, mengerahkan anak buahnya atau murid-muridnya untuk memasak Sanggring ini, dan itu untuk suguhannya," tutur Aris Pramono, Kepala Desa Tlemang, saat acara digelar, Senin (4/2/2019).
• Dituduh Curi Uang, 2 Santri Ponpes Lamongan Ini Aniaya Sesama Santri,Dada Ditendang dan Direndam Air
Tak hanya sekedar sebagai suguhan para tamu.
Namun Sanggring juga dipercaya bisa sebagai obat.
Bahkan koki untuk memasak makanan harus diolah kaum Adam.
Ya, karena Sanggring ini juga menjadi salah satu upacara ritual dengan adat yang ditentukan untuk pensucian.
Mengapa harus laki - laki yang masak ? sesuai dengan keperuntukannya yakni untuk pensucian, maka yang masak harus laki - laki.
"Filosofinya adalah orang laki-laki tidak berhadas,” ungkap Aris Pramono kepada TribunJatim.com.
Hanya saja, untuk menentukan yang memasak Sanggring, tidak perlu ada ritual khusus sebelumnya bagi para juru masak.