Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pengelolaan SMA/SMK Tak Jadi Berpindah, Ini Penjelasan Risma Soal Anak Putus Sekolah Karena Biaya

Pengelolaan SMA/SMK Tak Jadi Berpindah, Ini Penjelasan Risma Soal Anak Putus Sekolah Karena Biaya.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Sudarma Adi
pipit/Surya
Wali Kota Surabaya memberikan semangat kepada para ASN usai doa bersama. 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pengelolaan SMA/SMK/MA sebelumnya sempat kembali jadi perbincangan pasca dilantiknya Gubernur Jawa Timur baru, Khofifah Indar Parawansa.

Ini lantaran Pemerintah Kota Surabaya, punya keinginan kuat bisa mengelola SMA/SMK/MA secara langsung.

Bahkan Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya siap membiayai penuh kebutuhan yang dibutuhkan melalui dana SILPA APBD 2019, sebesar Rp 600 juta.

Sampaikan Pentingnya Keselamatan Berkendara & Taat Aturan, Risma: Rambunya Saya Tambahin Macam-macam

Risma Tegaskan Pengendara di Kota Surabaya Harus Tertib Berlalu Lintas, Beri Ancaman Bagi Pelanggar

Namun karena Pemerintah Provinsi (pemprov) Jawa Timur sudah menutup komunikasi, dalam arti tak bisa mengupayakan hal itu berkaitan dengan undang-undang, Wali Kota Risma pun tak mau banyak komentar lagi.

Saat ditanya soal upaya pemkot setelah ini, Risma terus terang tak mau berkomentar.

Tri Rismaharini Jadi Rebutan Arek Milenial Selfie dan Tanda Tangan di Millenial Road Safety Festival

Dia hanya menceritakan bagaimana kekhawatirannya soal anak-anak yang putus sekolah karena biaya.

"Pembiayaan untuk pendidikan dan kesehatan itu bagian dari investasi masa depan. Saya enggak bisa bilang pemerintah rugi karena biaya pendidikan.

Kalau satu tahun ada anak putus sekolah 10 saja, berarti 5 tahun ada 50 anak. Suatu saat 50 anak itu akan menjadi beban bagi kota ini," kata Risma, Senin (11/3/2019) usai acara doa bersama lintas agama di Halaman Balai Kota Surabaya.

Kenapa? Risma melanjutkan hal itu dikarenakan anak-anak yang putus sekolah kurang berkompeten. Mereka kurang matang menempuh pendidikan.

"Sekarang tenaga sapu pakai sapu manual, tapi nanti misalnya pakai alat (sapu, red) dia tidak bisa operasionalkan karena tidak sekolah. Kalau rusak gimana? dia tidak bisa menjalankan? Akhirnya anak ini akan menjadi beban, itu satu.

Kalau tiba-tiba dia jadi penjahat karena dia nggak bisa ngapa-ngapain? akhirnya dia ngerampok nah rugilah kota ini kan," kata Risma lantang menghawatirkan masa depan anak-anak Surabaya.

Untuk itu Wali Kota Risma sangat tidak ingin ada anak putus sekolah, mengingat jangka panjangnya jauh lebih berat tantangannya.

"Mohon maaf saya harus ngomong begitu, makanya aku tidak mau ada anak putus sekolah. Harus diselesaikan, dia sekolah apa? Kalau dia tidak cocok akademisi, makanya di Kampung Anak Negeri itu ada pendidikan lain tak lihat rata-rata IQ mereka di bawah 100.

Ya udah pilih yang fisik aja, sekarang beberapa anak membawa nama Surabaya jadi juara tinju, nggak masalah apa ya jelek kalau Mike Tyson atau Ellyas Pical? Nah kita coba di mana mainnya anak-anak ini saya dia main musik ya kita dorong," ceritanya soal anak asuh Pemkot Surabaya.

Risma menjelaskan sebenarnya banyak faktor yang melatarbelakangi anak-anak putus sekolah. Selain karena ekonomi juga karena faktor keharmonisan keluarga.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved