KKP Kenalkan Aplikasi Pendeteksi Ikan di Laut, Nelayan Bangkalan Kaget Lihat Jaring Penuh Cakalang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkenalkan Aplikasi SIK, Aplikasi yang diklaim bisa mendeteksi keberadaan ikan di laut
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkenalkan Aplikasi Sistem Informasi Kenelayanan (SIK).
Teknologi ini dikenalkan pada sejumlah nelayan Bangkalan di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangkalan, Jumat (14/7/2019).
Aplikasi pendeteksi keberadaan ikan berbasis android itu diperkenalkan Dr Denny Wijaya Kusuma Spi, MSi dari Institute Marine Research and Observation.
"Wah... dapat banyak ikan," celetuk seorang peserta perempuan melihat video trial SIK ketika jaring nelayan penuh ikan cakalang dalam video trial penggunaan SIK.
(Ratusan Nelayan Probolinggo Tolak Kerusuhan, Deklartasi Damai Jelang Putusan MK)
Aplikasi ini dikembangkan pada tahun 2015 oleh Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan guna mendukung aktifitas nelayan saat menangkap ikan.
Denny menjelaskan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir di tahun 2016 kembali mengembangkan aplikasi itu agar lebih user friendly untuk nelayan.
"Ada perubahan pada beberapa fungsi seperti informasi peta perkiraan daerah penangkapan ikan, cuaca, gelombang, dan angin," jelasnya.
Ia memaparkan, poin terpenting dalam penggunaan aplikasi tersebut adalah memberikan sedikit kepastian kepada nelayan tentang titik-titik keberadaan ikan saat melaut.
"Nelayan tinggal 'klik' fitur daerah penangkapan ikan. Maka di ponsel android akan muncul titik-titik lokasi keberadaan ikan," paparnya.
Selama ini, para nelayan kerap harus 'berjudi' dalam menentukan lokasi banyaknya ikan. Tak jarang lokasi yang sudah jauh-jauh dituju untuk menjaring malah tidak punya banyak ikan untuk ditangkap.
(Susi Pudjiastuti Blak-blakan Tantang Mark Zuckerberg Lomba Paddling, Minta Hadiah Saham Facebook)
Denny mengemukakan, selain sebagai peta atau penunjuk potensi-potensi ikan berkumpul, Aplikasi SIK ini bisa menghitung total kebutuhan bahan bakar untuk menuju titik yang ditampilkan.
"Kalau sifatnya hanya pergi melaut, tentu saja akan rugi bahan bakar. Apalagi tidak ada hasil tangkapan," ujarnya.
Akurasi aplikasi yang dikembangkan melalui riset sejak 2002 itu disampaikan Denny masih belum mencapai 100 persen.
Hal itu dipengaruhi faktor angin dan gelombang air laut yang menyebabkan terjadinya perubahan secara dinamis terkait posisi ikan di tengah laut.
"Akurasinya masih di angka 80 persen. Misal, ketika data melalui satelit tertangkap pukul 09.00 dan digunakan nelayan pada pukul 11.00, ikan bisa saja berpindah," pungkasnya.