Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Mochammad Supriadi menjadi pemain sepak bola muda yang lahir dari keluarga kurang mampu.
Ibunya hanya seorang penjual makanan dan minuman di sebalah lapangan Rungkut.
Ayahnya sakit stroke dan tidak bisa beraktifitas berat.
Sejak kecil, Supri menjadi sosok mandiri yang tidak pernah menyusahkan orang tuanya.
• 7 Fakta Baru Mahasiswi Malang yang Tewas di Jerman, Hasil Otopsi Bikin Keluarga Hanya Bisa Pasrah
Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan cita-cita Supri untuk jadi pemain sepak bola profesional.
Kalsum (58), ibu Supri menceritakan bahwa untuk beli sepatu, sang anak menyisihkan 200 rupiah dari uang sakunya sebesar Rp 2.000.
Ditambah beberapa uang imbalan dari tetangganya yang menyewa jasa Supri untuk ke belanja ke pasar hingga bisa membeli sepatu harga 30 Ribu.
Siapa sangka, hanya dengan sepatu yang dibeli dalam kondisi rusak itu, justru membawanya meraih penghargaan untuk tim dan individual.
• Ibu Mahasiswa Asal Malang yang Meninggal di Jerman: Shinta Hobi Berenang, Saat Sumpek Pasti ke Danau
“Sejak SD dia sudah main bola, sampai dipinjam beberapa tim pakai sepatu Rp 30 ribuan. Pokoknya robek tak jahit lagi,” kata Ibu Supriadi, Kalsum, Selasa (14/8/2018).
Bahkan ada kisah unik saat Supri dipinjam tim lain dari SSB Rungkut untuk mengikuti turnamen usia SD.
Saat itu memasuki babak final, Supri turun dengan sepatu andalannya itu.
Belum sempat menunjukan aksinya, bola sepakan Supri "terbang" atau terlempar bersama sepatu lusuh kebanggannya yang tak lagi bisa diselamatkan.
• Dongkrak Pasar Motor Sport, MPM Luncurkan New Honda CBR 250RR dan CB 150R StreetFire
Sontak, seisi lapangan tertawa terpingkal-pingkal, kecuali ibu yang menangis di tepi lapangan.
“Saya masih ingat sepatu Rp 30 ribu itu saya lem sebelum main. Pas di pakai tendang bola, sepatunya terbang. Satu lapangan ketawa semua,” ungkap Kalsum.