Cerita saat 5 polisi kejam Jepang lari terbirit-birit saat hendak tangkap Soekarno. Ketakutan lihat benda para pengawal di depan rumah sang presiden!
TRIBUNJATIM.COM - Ada satu cerita menarik yang berhubungan dengan Presiden Soekarno (Bung Karno) setelah Indonesia merdeka.
Saat itu, sehari setelah memproklamasikan kemerdekaan, Soekarno harus istirahat karena menderita malaria dan kelelahan.
Rupanya, saat itu ada 5 polisi Jepang yang hendak menangkapnya.
Namun, para polisi tersebut tak jadi melakukan aksinya dan malah kabur ketakutan.
Apa yang terjadi?
Simak ceritanya berikut ini.
• Ani Yudhoyono Tes Sumsum Tulang Belakang Setelah dari ICU, Simak Info Soal Risiko hingga Prosesnya!
Sehari setelah memproklamasikan kemerdekaan RI, SoeKarno yang masih dalam kondisi sakit, rumahnya dijaga oleh para pengawal.
Dilansir Intisari (grup TribunJatim.com) dari "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cindy Adams, Media Pressindo, 2014", para pengawal tersebut mempersenjatai diri dengan senjata apa saja, termasuk bambu runcing.
Pengawalan, bagi Soekarno itu untuk mengantisipasi pasukan Jepang yang sewaktu-waktu bisa datang karena mereka, atas perintah pasukan Sekutu, yang telah melarang Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan.
• Profil & Biodata Citra Juvita, Wanita Cantik yang Disebut Pacar Baru Gading Marten, Kenal di Eropa?
Esok harinya datang lima anggota polisi Jepang yang terkenal kejam dan brutal (Kempeitai) untuk menemui sekaligus bermaksud membawa Soekarno ke kantor Kempeitai.
Oleh Kempeitai, Seokarno dianggap telah bersalah karena memproklamasikan kemerdekaan RI secara sepihak.
Apalagi, tindakan itu dianggap tidak sesuai dengan prosedur Sekutu yang dipercayakan kepada Jepang.
Melihat lima personel Kempeitai yang garang dan akan menangkap Bung Karno itu para pemuda pengawal pun segera bertindak.
• FAKTA BARU Sosok 2 Pelaku Mutilasi Guru Honorer, Posisinya Diungkap Polisi, Sangat Mengenal Korban
Mereka dengan sigap melakukan pengepungan sambil mengacungkan senjata berupa kapak, golok, cangkul, dan bambu runcing.