Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Dosen Unair Ini Ciptakan Alat untuk Terapi Gigi dan Mulut

Dosen Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi mengembangkan alat terapi gigi dan mulut temuannya.

Penulis: Edwin Fajerial | Editor: Edwin Fajerial
Humas Universitas Airlangga
Dentolaser, alat terapi gigi dan mulut menggunakan laser temuan tim dokter gigi UNAIR 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Seorang peneliti dan dosen Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Suryani Dyah Astuti bersama dengan tim penelitinya yang juga sesama dosen yaitu Ernie Maduratna dan Deni Arifianto mengembangkan dua jenis alat bernama Dentolaser yang bisa digunakan oleh para dokter gigi sebagai alat terapi gigi dan mulut dengan menggunakan laser.

Perbedaan alat tersebut terletak pada panjang gelombang yang bisa dijangkau oleh alat tersebut.

Masing-masing memiliki panjang gelombang 405 nanometer dan 600 nanometer.

Kegunaannya pun berbeda. Dentolaser dengan panjang gelombang 405 nm digunakan untuk membunuh bakteri, sedangkan alat yang bisa menghasilkan panjang gelombang 600 nm difungsikan untuk foto biomodulasi sel.

“Yang pertama (Dentolaser 405 nm) untuk membunuh bakteri, sedangkan yang kedua (Dentolaser 600 nm) untuk foto biomodulasi sel seperti terapi akupunktur, penyembuhan luka, dan rehabilitasi medik,” kata Suryani Syah berdasar release yang diterima TribunJatim.com, pada Jumat (7/4/2017).

Penyakit gigi dan mulut yang bisa diatasi dengan Dentolaser antara lain karies pada gigi (gigi berlubang), penyakit periodontitis, orthodontis, luka, berdarah, atau inflamasi.

Dyah bercerita produk Dentolaser mulai dikembangkan sejak tahun 2015.

Saat itu, Dyah dan tim mengikutsertakan produk penelitiannya dalam program Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT).

Dari situlah, mereka berhasil membuat dua produk Dentolaser.

Sebelum ada produk Dentolaser, kata Dyah, biasanya para dokter gigi mengobati penyakit gigi dan mulut dengan menggunakan antibiotik.

Karena sifat antibiotik yang bisa mengakibatkan resisten, maka produk Dentolaser ini memiliki keunggulan tersendiri. Yakni, tidak menimbulkan resistensi, dan bisa menjangkau tempat-tempat sulit di rongga mulut.

“Misalnya, di bawah akar gigi maka bisa menggunakan alat Dentolaser ini. Bisa ergonomis,” tuturnya.

Alat tersebut merupakan perangkat yang mudah digenggam, mudah dibawa ke mana-mana, dan menggunakan baterai.

Alat tersebut memiliki serat fiber yang menghantarkan sinar laser yang bisa meminimalisir rugi daya.

Alat tersebut bisa bekerja dengan tiga mode. Yaitu, sinar yang selalu menyala, sinar yang redup lalu menjadi terang, dan sinar yang berkedip (mati lalu nyala dan mati lagi).

Laser ini bisa bertahan selama 40 detik untuk satu kali penyinaran. Sedangkan, untuk daya baterai, laser ini bisa bertahan hingga satu bulan.

Pemakaiannya bergantung dokter yang bersangkutan.

“Jadi, kalau sinarnya biru, intensitasnya tinggi dan akan terasa lebih panas. Agar tidak terus menerus, pakai mode blinking. Kalau dari rendah ke besar, pemakaian tergantung dokter supaya pasien tidak langsung kaget karena panas,” tutur Dyah menambahkan.

“Misalnya, pada penyakit periodontitis atau gusi yang melorot. Gusi yang melorot itu disebabkan di pocket gigi terdapat banyak bakteri. Pada saat praktik, gusi diturunkan dan disinari di bagian pocket tersebut,” imbuh Dyah.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved