Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Perajin Rebana di Kota Blitar Menggeliat, Seiring Banyaknya Jamaah Salawat

- Dua tahun belakangan ini usaha kerajinan rebana milik Suparno (46), kembali menggeliat seiring banyak berdiri kelompok salawatan di sejumlah daerah.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Yoni Iskandar
Surya/ Samsul Hadi
Suparno menunjukkan rebana hasil produksinya di rumahnya, Kelurahan Sentul, Kota Blitar, Jumat (2/6). 

 TRIBUNJATIM.COM,BLITAR - Dua tahun belakangan ini usaha kerajinan rebana milik Suparno (46), kembali menggeliat seiring banyak berdiri kelompok salawatan di sejumlah daerah. Pesanan rebana terus datang mengalir, jumlahnya sampai 100 set rebana dalam sebulan.

Suparno duduk di kursi sambil memukul-mukul rebana di ruang tamu rumahnya, di Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, Jumat (2/6/2017). Di samping tempat duduknya tampak tumpukan rebana yang masih baru.

Bapak satu anak itu bukan sedang latihan memainkan rebana, tetapi ia sedang sibuk menyetel bunyi rebana.

"Yang bagian nyetel suara tetap saya. Ini bagian yang sulit, kalau (setelan) tidak pas, suaranya kurang mantab," kata pemilik kerajinan rebana di Kelurahan Sentul itu.

Menurut Suparno menyetel bunyi rebana menjadi bagian tersulit dalam membuat rebana. Tak semua pekerjanya bisa menyetel bunyi rebana. Maka itu, ia sering telat menyelesaikan pesanan karena tenaga untuk menyetel bunyi rebana terbatas.

"Suara 'tak' dan 'dung' nya harus benar-benar mantab. Jangan sampai pecah suaranya," ujar pria berkulit hitam itu.

Suparno memulai usaha kerajinan rebana sejak 2004. Dalam perjalanannya, usaha kerajinan rebananya juga mengalami pasang surut. Pesanan rebana di tempatnya sempat sepi memasuki 2010 sampai 2015.

"Saat pesanan rebana sepi, akhirnya saya juga membuat gendang. Sampai sekarang saya masih membuat gendang. Padahal awalnya saya hanya produksi rebana," ujarnya.

Ia mengatakan baru dua tahun belakangan ini usaha rebananya kembali menggeliat. Pesanan rebana terus mengalir. Tiap bulan, pesanan rebana di tempatnya bisa mencapai 100 set rebana siap main.

Ia memang lebih banyak menjual rebana yang siap untuk dibuat main, bukan eceran per biji. Satu set rebana yang siap dimainkan itu terdiri sembilan jenis alat. Yakni, empat rebana berdiamter 30 sentimeter, rebana kecil (teplak) dua biji, bas satu biji, tam satu biji, dan darbuka satu biji.

Harganya juga bervariasi, mulai Rp 2,4 juta per set rebana sampai Rp 2,7 juta per set rebana. Yang membedakan harga per set rebana yakni pada alat darbuka.

"Darbuka-nya ini saya pesan. Alat ini dari besi cor," ujar Suparno.

Baca: Masjid Roudhotul Muchlisin Jadikan Ikon Religi Kabupaten Jember

Hampir 80 persen pemesan rebana produksi Suparno datang dari wilayah Jatim. Sedang yang 20 persen pesanan dari wilayah Jabar. Untuk wilayah Jatim pesanan datang dari Malang, Kediri, Tulungagung, dan Blitar.

Ia juga pernah mengirim rebana ke luar pulau seperti Sumatera dan Kalimantan. Meski jarang, Suparno tetap melayani pembeli eceran. Harga eceran rebana Rp 250.000 per biji, sedang harga bas dengan diameter 40 sentimer Rp 700.000 per biji.

"Usaha rebana kembali menggeliat karena sekarang banyak berdiri jamaah salawatan di sejumlah kota," katanya. (Surya/Samsul Hadi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved