Bikin Ketagihan, Kerupuk Rambak Kulit Biawak made in Lamongan ini Laris Manis di Pasaran
Kerupuk terbuat dari tepung, kulit sapi, kerbau dan ikan sudah sering terdengar. Tapi kerupuk dari biawak yang rasanya nyam-nyam masih jarang.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
Untuk proses pengolahan kerupuk rambak berbahan kulit biawak memang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Biawak pertama dikuliti, setelah itu dipotong-potong seukuran jari panjang dan lebarnya, lalu di cuci bersih, habis itu direbus sampai lunak.
Setelah lunak, rambak kulit biawak tersebut, lantas diberi bumbu khusus, untuk selanjutnya dijemur di bawah terik matahari.
“Dijemur sampai kering baru setelah itu di goreng,” ungkap Yanto, Kamis (5/10/2017).
(Ikhlas Suaminya yang ISIS Hilang di Turki, Wanita di Lamongan Menghiba untuk Nasib Anaknya)
Menurut Yanto, mulai dari proses menguliti biawak sampai digoreng, membutuhkan waktu selama dua hari, bahkan bisa lebih.
Diungkapkan, dari berat 1 kuwintal biawak bisa jadi 10 kilogram kerupuk.
Yanto selalu sibuk untuk mengolah rambak di tempat kerjanya, Depot Indah sebagai kuliner ringan berupa kerupuk untuk pelengkap makan.
Dengan harga satu bungkus dijual Rp 3 ribu rupiah, ukuran ½ ons.
Pemilik Depot Indah, Kustiningsih mengungkapkan, industri kerupuk rambak yang ditekuni memang merupakan hal yang baru.
(Usai Suapi Anak, Dua Ibu-ibu ini Berkelahi Gara-gara Masalah Sepele, Akibatnya Satu Tewas)
Selain untuk mendapatkan biawak juga cukup susah. Ia tidak memakai tenaga khusus untuk mencari biawak.
Namun membeli langsung dari warga masyarakat. Dan tidak bisa dipastikan delam sehari berapa ekor jumlah biawak yang disetor ke tempatnya.
Namun rata - rata dalam sehari untuk kuliner ringan ini bisa mengantongi keuntungan Rp 90 ribu. Dengan rata - rata penjualan sehari bisa habis 30 bungkus.
Penasaran, rasanya gurih-gurih asin- cita rasanya khas, dan yang pasti enak sekali bikin ketagihan. (Surya/Hanif Manshuri)