Pertama Kalinya, Kyai Upas Tombak Pusaka Sakti Tulungagung Dijamas di Luar Pendopo, Pertanda Apa?
Untuk pertama kalinya, tombak pusaka Kyai Upas dijamas di luar Pendopo yang menjadi tempat penyimpanannya selama ratusan tahun.
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Untuk pertama kalinya, tombak pusaka Kyai Upas dijamas di luar Pendopo Kanjengan, tempat penyimpanannya turun temurun selama ratusan tahun.
Jumat (6/10/2017) prosesi jamasan dilaksanakan di Gedung Arsip milik Pemkab Tulungagung. Lokasinya di sebelah timur Pendopo Kanjengan.
Prosesi jamasan juga tidak melibatkan keluarga Pringgokusumo, Bupati ke-7 Kabupaten Tulungagung.
Keluarga Pringgokusumo adalah pemilik tombak Kyai Upas, pusaka Kabupaten Tulungagung.
(60 Pusaka Keramat di Madiun Diruwat, Lima Diantaranya Sangat Bertuah dan Milik Tokoh Penting ini)
Menurut Panitia Jamasan, Sunarto, keluarga Pringgokusumo telah menyerahkan tombak Kyai Upas ke Pemkab Tulungagung.
Tombak tersebut selanjutnya ditempatkan di Gedung Arsip.
"Ini pertama kalinya jamasan dilakukan di sini (Gedung Arsip)," ujar Sunarto.
Meski demikian, prosesi jamasan berjalan dengan meriah. Warga antusias menyaksikan pencucian senjata pusaka, yang dilakukan setiap Bulan Muharram.
"Pelaksanaannya pada bulan Muharram, tanggalnya di atas tanggal 10. Pokoknya belasan, dan jatuh hari Jumat," tambah Sunarto.
(Inilah Identitas Delapan Jemaah Haji Asal Jatim yang Ditinggal di Mekah)
Proses jamasan ini dipimpin langsung Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo. Menurut Syahri, untuk pertama kalinya Pemkab melakukan jamasan.
Masih perlu evaluasi agar kemasan acara jamasan pusaka ini bisa dikenal lebih luas lagi.
"Saya yakin tidak semua warga Tulungagung tahu hari ini ada jamasan pusaka. Ke depan akan disosialisasikan, agar diketahui masyarakat luas," ujar Syahri.
(Usai Tidur di Keranda Mayat, Wanita Muda Hamil 8 Bulan Lakukan Ritual Jalan 12 Km ke Tempat ini)
Sejarah
Tombak Kyai Upas adalah tombak pusaka milik Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Karena tombak pusaka ini, Ki Ageng Mangir menjadi sakti dan sulit dikalahkan.
Ki Ageng Mangir adalah penguasa wilayah yang merdeka, dan tidak tunduk kepada Mataram.
Pihak kerajaan ingin menundukkan Ki Ageng Mangir, namun kesulitan karena kesaktiannya.
Maka dibuatlah tipu daya. Penguasa Mataram, Ki Ageng Senopati mengirim putrinya, Sekar Pambayun untuk memikat hati Ki Ageng Mangir.
Usaha ini membuahkan hasil. Ki Ageng Mangir Wonoboyo menikahi Sekar Pambayun.
(Tak Peduli Presiden, Jokowi Harus Jalan Kaki 3 Km ke Lokasi Peringatan HUT TNI, ini Penyebabnya)
Sekar Pambayun kemudian mengakui sebagai putri raja Mataram. Sekar Pambayun kemudian memohon agar Ki Ageng Mangir mau sowan kepada raja, sebagai menantu.
Saat akan menghadap raja, Ki Ageng Mangir diminta meninggalkan tombak pusaka Kyai Upas di penjagaan.
Saat menghadap raja tanpa tombak pusakanya itulah, Ki Ageng Mangir dibunuh.
Setelah Ki Ageng Mangir terbunuh, terjadi wabah di Mataram, Diyakini kejadian tersebut karena tombak Kyai Upas.
Untuk mengatasi wabah, Tombak Kyai Upas kemudian dibawa ke timur dan disimpan di Kadipaten (Kabupaten) Ngrowo, yang sekarang menjadi Tulungagung.
Wabah pun berhenti. Sejak saat itu tombak Kyai Upas masih disimpan di Tulungagung. (Surya/David Yohanes)