Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ubah Eceng Gondok Jadi Bahan Bakar dan Listrik, Tiga Siswi SMP ini Raih Juara 1 LKTI se-Jawa

Eceng gondok yang dianggap sebagai hama yang mengganggu ternyata bisa dimanfaatkan menjadi energi terbarukan.

Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Mujib Anwar
SURYA/RAHADIAN BAGUS
Tiga siswa SMP Negeri 1 Jetis, Ponorogo, Mar'aa Refina Robbah, Dinar Ayu Pratiwi, dan Ravynda Febyola Haidar, mengubah eceng gondok menjadi energi ramah lingkungan berbentuk bioetanol gel dan EOC baterai. 

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Selama ini eceng gondok dianggap menjadi hama yang mengganggu. Tumbuhan air mengapung ini menjadi permasalahan di setiap danau dan sungai.

Eceng gondok dianggap hama karena mengakibatkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen sehingga membuat biota di dalam air terganggu dan meningkatkan pendangkalan.

Begitu juga di Ponorogo, eceng gondok juga dianggap sebagai hama yang menganggu para petani.

Melihat hal itu, tiga siswi SMP Negeri 1 Jetis, Ponorogo mengubah eceng gondok menjadi sumber energi terbarukan.

Tiga bersahabat, Mar'aa Refina Robbah, Dinar Ayu Pratiwi, dan Ravynda Febyola Haidar, mengubah eceng gondok menjadi energi ramah lingkungan berbentuk bioetanol gel dan EOC baterai.

Mercy Seruduk Jazz di Sekitar Perumahan Mewah, Satu Mahasiswa Tewas Mengenaskan

Berkat hasil penelitian itu, mereka berhasil memenangkan juara pertama lomba karya tulis ilmiah (LKTI) IX yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada 30 September 2017, lalu.

Mar'aa Refina Robbah (14) menuturkan, ide awal mereka setelah melihat banyaknya eceng gondok yang tumbuh di sungai dan di areal persawahan. Warga di Ponorogo menganggap tanaman eceng gondong sebagai tanaman yang mengganggu.

Melihat masalah itu, ketiganya mencoba mencari solusi untuk memanfaatkan eceng gondok. Mereka selanjutnya mencari literasi di internet tentang kandungan eceng gondok.

Dari hasil pencarian, ternyata eceng gondok mengandung bioetanol yang dapat menjadi sumber energi.

Viral, Berseragam Sekolah, Tujuh Siswa SD di Trenggalek Merokok Berjamaah, Aksinya Bikin Ngilu

Tiga siswi kelas IX ini kemudian mulai mencari sumber refrensi cara mengubah eceng gondok dari berbagai jurnal ilmiah dan melakukan penelitian.

"Dari hasil pencarian, kami menemukan bahwa kandungan di eceng gondok bisa dijadikan sumber energi," kata Refina, Senin (23/10/2017).

Refina menuturkan, cara mengolah eceng gondok menjadi bioetanol gel, yakni eceng gondok seberat 10 kg dimasukkan ke dalam ember dan diberi air sebanyak 3 liter, serta diberi ragi sebanyak 100 gram.

Setelah itu, eceng gondok yang sudah dicampur dengan air dan ragi itu di dalam ember ditutup rapat, difermentasikan dan dibiarkan selama 14 hari.

Setelah itu, air hasil fermentasi eceng gondok didestilasi menggunakan alat khusus. Proses destilasi tersebut menghasilkan air bioethanol. Selanjutnya, air bioethanol dicampur dengan metil selulosa dan beberapa bahan kimia lainnya.

"Dari 10 kg eceng gondok, bisa menghasilkan 200 ml bioethanol," kata Refina yang menjadi ketua kelompok tim LKTI SMPN 1 Jetis.

Putri Jokowi Mau Menikah, Paspampres ini Pesan Banyak Makanan ke Pengusaha di Solo, Ternyata

Bioetanol yang masih berbentuk cair diubah menjadi gel. Bioetanol yang sudah berbentuk gel sebanyak 200 ml ini bisa dipakai bahan bakar seperti briket. Bioetanol berbentuk gel, bisa menghasilkan api untuk memasak selama dua jam penuh.

"Bioetanol gel lebih murah dan lebih ramah lingkungan, bila dibandingkan dengan sumber energi lain," katanya.

Selain diubah menjadi bahan bakar berbentuk gel bioetanol, eceng gondok juga bisa diubah menjadi energi berbentuk listrik. Caranya eceng gondok dihaluskan dengan cara ditumbuk.

Selanjutnya, eceng gondok yang sudah lembut dimasukan ke dalam batu baterai bekas yang isinya sudah dibuanh. Daya yang dihasilkan dari baterai berisi eceng gondok, sebesar 2,4 volt dan eceng gondok kering 3,6 volt.

Sementara itu, guru pendamping Tim LKTI SMPN 1 Jetis, Siti Nur Wahidah, mengatakan Tim LKTI dengan mengambil bahan eceng gondok terpilih menjadi tim terbaik di ajang lomba LKTI se-Jawa yang diselenggarakan UNY pada 30 September 2017, lalu.

Tim bioetanol eceng gondok dari SMPN 1 Jetis berhasil mengalahkan 100 proposal LKTI dari tim lainnya.

Ia menuturkan, TIM LKTI SMPN 1 Jetis mengirimkan enam proposal dan empat di antaranya masuk dalam 10 nominasi.

"Dua tim dari sekolah kami berhasil menjadi juara. Juara pertama yaitu bioetanol eceng gondok dan juara kedua inovasi poca liparin," kata Siti.

Siti mengaku belum memiliki rencana untuk mengembangkan bioetanol gel dan memproduksinya secara massal. Hasil penelitian berupa bioetanol gel dan baterai digunakan untuk kebutuhan sekolah. (Surya/Rahadian Bagus)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved