Alasan Anggun C Sasmi Pindah Kewarganegaraan Hingga Dapat Perlakuan 'Tak Enak' dari Orang Indonesia
Anggun C Sasmi secara terang-terangan mengungkapkan perbedaan perlakuan orang Indonesia dan orang luar Indonesia padanya.
Penulis: Cindy Dinda Andani | Editor: Cindy Dinda Andani
TRIBUNJATIM.COM - Anggun C Sasmi termasuk penyanyi yang sukses berkarir di negara orang.
Ya, Anggun telah menciptakan berbagai karya musik di negara tempat tinggalnya, Perancis.
Penyanyi 43 tahun ini telah menetap di Perancis dan menikah dengan pria di sana.
Anggun C Sasmi Jadi Bahan Skripsi, Pemberiannya ke Mahasiswa Ini Bikin Ngiri Para Fans Setia!
Saat ini Anggun telah menjalani rumah tangga ketiganya dengan sastrawan Perancis, Cyril Montana.
Akun Instagram @lamiscorner mengunggah cuplikan wawancara Anggun dengan majalah Playboy, Jumat (12/1/2018).
Di wawancara itu, Anggun secara terang-terangan mengungkapkan alasannya pindah kewarganegaraan.

Punya Banyak Prestasi, Perlakuan Asli Anggun C Sasmi ke Fansnya Bikin Netizen Nggak Habis Pikir!
Anggun kini memang tak lagi memiliki kewarganegaraan Indonesia, namun Perancis.
Begini wawancara lengkapnya:
Q: Seberapa penting sih kewarganegaraan buat Anda?
A: Yang aku nggak sukanya dengan pertanyaan seperti ini, kesannya banyak orang nggak tahu.
Padahal aku sudah ke kanan kiri menjelaskan kenapa aku pindah kewarganegaraan.
Aku ganti kewarganegaraan karena tidak dibantu Pemerintah Indonesia. Kesuksesanku tidak dibantu sama sekali orang Indonesia.
Malah banyak orang Indonesia mengkritik aku. Sekarang aku sukses banyak orang bilang, 'Oh dia seperti kacang lupa kulitnya. Ganti kewarganegaraan.'
Padahal, sama sekali nggak ada hubungannya dengan itu. Aku kadang-kadang suka menyesal memberi informasi itu, karena banyak orang menuding dan bicara yang nggak-nggak.

Q: Ada yang mempersoalkan nasionalisme ya?
A: Buat kebanyakan orang Indonesia, dan kebanyakan yang ditulis tentang kewarganegaraan, aku dibilang meninggalkan Indonesia, kawin dengan orang bule, terus sekarang sangat sudah tidak Indonesia lagi.
Buat mereka, aku sudah nggak Indonesia lagi. Padahal, apakah warna buku sekecil itu, yang ukurannya lima belas dan sepuluh sentimeter mengukur nasionalisme seseorang?

Q: Bantuan seperti apa yang dulu Anda harapkan?
A: Aku ingin dibantu seperti misalnya dipermudah soal visa. Makanya aku minta ke orang KBRI. Karena orang KBRI banyak fasilitas.
Jadi, aku datang ke Pak Dubes, aku tanya, Pak Dubes bisa nggak aku kasih fasilitas tertentu, supaya aku dipermudah setiap kali aku promosi ke negara-negara.
Dia malah bilang, 'Nggak ah, nggak bisa. Wong anakku juga nggak dapat kok.'
Memangnya anaknya Pak Dubes tuh ngapain? Mereka paling sekolah di luar.

Q: Perlakuan Pemerintah Perancis berbeda?
A: Justru aku malah dapat penghargaan. Karena mengangkat kultur Perancis di luar. Kebalik banget.
Aku setiap kali wawancara dengan wartawan luar, mengangkat nama Indonesia. Aku bela-belain kalau ada masalah.
Nah yang begitu, orang-orang nggak pernah lihat, malah bilang, 'Kok, kamu ganti warga negara sih?'
Nah, masalahnya yang negara Indonesia kasih ke aku apa? Kenapa selalu akunya dituntut?

Q: Anda sakit hati karena itu?
A: Nggak. Cuma kaget saja. Kalau aku disinggung masalah ini kesannya dilecehkan.
Dulu waktu aku pertama kali datang ke Indonesia dengan album pertama, Snow on the Sahara, ada wartawan ngomong ke aku pakai Bahasa Inggris.
Mereka pikir aku lupa Bahasa Indonesia. Aku tersinggung, sakit hati.
Mungkin banyak artis Indonesia yang ngomongnya setiap kali wawancara pakai Bahasa Inggris.
Setiap dua kata pakai Bahasa Inggris, atau mengakhiri kalimatnya dengan Bahasa Inggris. Aku nggak!

Q: Di negeri sendiri, diperlakukan seperti itu ya?
A: Dan aku dituding karena sudah tidak tinggal di Indonesia lagi. Sudah tidak punya paspor Indonesia.
Padahal, itu sama sekali bukan kemauan aku. Jadi, ironisnya tuh begitu.
Tapi nggak apa-apa sih. Karena aku sekarang tidak peduli. Aku cuma peduli sama pendapat keluargaku, teman-temanku, orang-orang yang aku kenal.
Selain itu, yang mereka nggak kenal aku, terus ngritik, aku nggak mau dengar.
Setiap kali lihat di situs-situs, yang mengkritik selalu orang Indonesia. Orang Italia memuji. Orang Amerika memuji.
Orang Indonesia, ya ampun, 'Videonya jelek. Fotonya jelek. Liriknya kok begitu?'
Jadi, aku selalu dikritik sama orang Indonesia. Kan aneh.
