Kikis Kesan Tempat Prostitusi, Gunung Bolo di Tulungagung Mulai Bersolek
Gunung yang selama ini dikenal sebagai lokalisasi kini bersolek menjadi lokasi wisata.
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - GIRI BOLO, demikian tulisan yang kelihatan dari kejauhan, jika akan melintas di Gunung Bolo yang masuk ke Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.
Gunung yang selama ini dikenal sebagai lokalisasi kelas teri ini, kini bersolek menjadi lokasi wisata.
Gunung Bolo secara luas dikenal sebagai lokasi pemakaman warga Tionghoa. Namun di balik fungsinya sebagai makam, Gunung Bolo menyimpan keindahan. Gunung ini seolah berdiri di tengah permukian.
Tingginya hanya sekitar 200 meter. Namun di sekeliling gunung ini mempunyai pemandangan yang indah. Dari puncaknya kita bisa melihat hamparan sawah hijau yang mengelilingi.
Ke arah timur terlihat permukiman warga hingga ke wilayah kota Tulungagung. Sedangkan ke arah utara terlihat paduan antara sawah, hutan dan Gunung Wilis yang menjulang tinggi.
Di tempat ini sudah dibuat sejumlah gardu pandang untuk menikmati pemandangan, sekaligus berfoto.
Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata Gunung Bolo, Agus Susanto, sebenarnya tempat wisata ini belum sepenuhnya siap.
“Karena banyak pengunjung yang datang, akhirnya dua minggu lalu kami buka. Sementara proses pengembangannya masih berlangsung,” terang Agus, Senin (26/2/2018).
Selain menyajikan pemandangan yang indah, tempat ini juga unik. Karena mengubah lokasi pemakaman menjadi sebuah tempat wisata. Namun menurut Agus, selama ini makam Gunung Bolo tidak pernah ditakuti masyarakat.
Bahkan warga beraktivitas seperti biasa di lokasi ini. Sebagai contoh, pada malam hari pun banyak pekerja seks komersial (PSK) yang beraktivitas.
“Kalau angker, mana mungkin para PSK berani beroperasi di sini. Buktinya mereka melayani tamu di area makam,” ucap Agus samsil tertawa.
Diakui guru SMPN 1 Kauman ini, tugas berat Pokdarwis justru mengikis kesan Bolo sebagai lokalisasi liar. Sebab image itu sudah ada sejak puluhan tahun silam.
Diharapkan dengan pengembangan wisata di gunung ini, kesan sebagai lokalisasi pelan-pelan bisa dihilangkan.
Masih menurut Agus, pihaknya sempat melakukan pendataan para PSK di tempat ini. Sebelum ada lokasi wisata jumlah mereka mencapai sekitar 40 orang. Namun setelah menjadi lokasi wisata, jumlah mereka tinggal 22 orang.
Salah satu cara yang ditempuh Pokdarwis adalah dengan memperbanyak lampu menerangan. Dengan kondisi yang terang benderang, diyakini para PSK akan menyinkir dengan sendirinya. Sebab tidak ada lagi tempat gelap yang bisa dimanfaatkan melayani tamu.
“Pelan-pelan mereka pasti akan malu sendiri. Kalau tempatnya terang, mereka pasti enggan beroperasi lagi,” tegas Agus.
Untuk menuju lokasi ini sangat mudah. Akses utama bisa melalui jalan utama Tulungagung-Trenggalek. Sesampai di Dusun Jarakan, Desa Tiudan, Kecamatan Gondang, ada jalan akses besar ke arah Gunung Bolo.
Kendaraan mobil maupun sepeda motor leluasa keluar masuk. Untuk motor akan dikenakan uang parkir Rp 2.000, sedangkan mobil Rp 5.000. Sementara tiket masuk dewasa Rp 2.000 dan anak-anak Rp 1000.
Saat ini Pokdarwis tengah menata kuliner di tempat ini. Sudah ada sekitar 22 pedagang yang menyakan siap berjualan di Bolo.
“Wisata Bolo kami kerjakan dengan investor yang mau membangun bersama. Sebab tidak mungkin menunggu Pokdarwis dan Pemerintah Desa,” pungkas Agus. (Surya/David Yohanes)