Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Nostalgia Yuk! Ini 4 Film Populer Karya Usmar Ismail yang Wajib Kamu Tahu, No 3 Di-remake Tahun 2016

Usmar Islmail merupakan sastrawan dan sutradara yang menjadi tokoh penting bagi perfilman Indonesia.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Dwi Prastika
Kolase
Adegan dalam dua film karya Usmar Ismail, Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) 1950 dan Pedjuang (1960). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ani Susanti

TRIBUNJATIM.COM - Google Doodle hari ini, Selasa (20/3/2018) menampilkan sosok Usmar Ismail.

Google merayakan ulang tahun Usmar Ismail yang ke-97.

Usmar Islmail merupakan sastrawan dan sutradara yang menjadi tokoh penting bagi perfilman Indonesia.

Lahir pada tahun 1921, sosoknya mendapat gelar sebagai Bapak Film Nasional.

Usmar Ismail meninggal tanggal 2 Januari 1971 pada usia 49 tahun.

(Mengenang Sosok Usmar Ismail, Bapak Film Nasional dari Indonesia yang Jadi Google Doodle Hari Ini)

Ia menghembuskan nafas terakhir usai terserang stroke.

Tahun 1962, Usmar Ismail mendapatkan Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno.

Lalu pada tahun 1969, ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI.

Bahkan, setelah meninggal, dia diangkat menjadi Warga Teladan DKI.

Dilansir dari Kompas, sepanjang karirnya ia telah membuat lebih dari 30 film.

(Lontarkan Kata-kata Tak Pantas Saat Siaran Langsung, WANNA ONE Tersandung Kontroversi)

Ia memiliki berbagai judul film yang terkenal dan dikenang hingga kini.

Berikut beberapa di antaranya :

1. Pedjuang (1960)

Adegan di film
Adegan di film "Pedjuang" (1960) (blogspot.com)

Film "Pedjuang" yang masih ditayangkan hitam-putih kala itu antara lain dimainkan oleh Rendra Karno, Chitra Dewi, Bambang Hermanto, dan Bambang Hermaawan, serta beberapa pemeran lain.

Dilansir dari filmindonesia.or.di, berikut sinopsisnya:

Sekitar tahun 1947, sebuah peleton pimpinan Letnan Amin (Rendra Karno) mendapat tugas untuk mempertahankan sebuah jembatan yang sangat strategis.

(4 Film Tentang Sosok Sang Jenius Stephen Hawking, Hidup yang Menginspirasi hingga Kisah Asmara)

Di balik pasukan itu, berlindung sejumlah pengungsi, antara lain Irma (Chitra Dewi), anak keluarga menengah yang sinis terhadap pejuang kemerdekaan.

Antara Amin dan Irma terjalin hubungan kasih, yang mereka sembunyikan.

Sersan Mayor Imron (Bambang Hermanto) yang urakan juga menaruh hati pada Irma.

Ketika Amin terluka, Imron diserahi memimpin pasukan untuk meninggalkan tempat yang sudah dikuasai Belanda itu.

Tugas diterima dan dilaksanakan.

Kopral Seno (Bambang Irawan) mencurigai Imron, yang dianggap punya niat menyingkirkan Amin, agar bisa mendapatkan Irma.

(6 Polwan Cantik yang Viral dan Bikin Heboh, Dari Anak Artis hingga Punya Cerita Nyamar Jadi PSK)

Untuk membuktikan bahwa tak ada maksud begitu, Imron memutuskan melakukan operasi membebaskan Amin dari tawanan Belanda.

Amin berhasil dibebaskan, tetapi Imron tewas.

Meski selanjutnya hanya memiliki mata dan kaki satu, Irma akhirnya memilih menemani Amin.

2. Enam Djam di Djogja (1956)

Poster film
Poster film "Enam Djam di Djogja" (1956) (YouTube)

Film hitam-putih ini dibintangi oleh Del Juzar, R Sutjipto dan Aedy Moward.

Film ini mendulang kesuksesan besar di Indonesia dan terus ditayangkan di TVRI sampai tahun 1980-an.

(3 Fakta Pilu Kondisi Chef Harada Sebelum Dikabarkan Meninggal, Dari Sakit hingga Anak Jual Mobil)

Sinopsis:

Setelah Yogyakarta diduduki Belanda (Desember 1948), pasukan Republik Indonesia melakukan perang gerilya.

Pada suatu ketika, Yogyakarta diserbu dan bisa diduduki, walau cuma selama enam jam.

"Serangan Oemoem" pada 1 Maret 1949 itu sekadar menunjukkan kepada dunia internasional, bahwa RI masih punya kekuatan, dan tidak (belum) hancur seperti dipropagandakan Belanda.

Film ini dengan sadar melukiskan peristiwa nyata terkenal dalam sejarah revolusi Indonesia itu dengan cara fiktif, karena merasa dokumen-dokumen yang ada masih belum lengkap dan takut menyinggung berbagai pihak.

Yang dilukiskan adalah kerja sama antara rakyat, tentara dan pemerintah.

(4 Kuliner Populer Munchen Jerman yang Menggugah Selera, Ada Roti Lezat sampai Sosis Rebus Lho!)

Meski fiktif, tetapi fakta nyata menjadi acuannya.

Dan kisah disuguhkan lebih dari sisi rakyat atau tentara yang berpangkat rendah.

Tekanan Belanda membuat rakyat menderita dan berbagi sikap.

Ada yang mendukung perjuangan tentara, ada yang menggerutu.

Tentara yang memeras rakyat pun sekilas dilukiskan.

Kesulitannya adalah menyatu padukan sikap, gerakan dan menegakkan disiplin semua anggota gerakan.

(5 Fakta Meninggalnya Istri Kedua Opick, 2 Bulan usai Keguguran hingga Curhatan Wulan Mayangsari)

Kisah cinta juga terselip di film ini.

Tidak ada tokoh yang menonjol dalam kisah, karena begitu banyak pihak yang diceritakan sedikit-sedikit.

Hal ini karena yang jadi tujuan memang pelukisan peristiwa itu secara global.

3. Tiga Dara (1956)

Film remake
Film remake "3 Dara" (amazon.com)

Masih ingat film "Ini Kisah Tiga Dara" yang tayang di tahun 2016?

FYI guys, film tersebut adalah remake dari film "Tiga Dara" karya Usmar Ismail yang tayang pada tahun 1956.

Kala itu, film ini diperankan Chitra Dewi, Indriati Iskak, Mieke Wijaya, Rendra Karno, Fifi Young, Hassan Sanusi, Bambang Irawan, dan Roosilawaty.

Usmar Ismail dan poster filmnya
Usmar Ismail dan poster filmnya "Tiga Dara" (Kolase)

Tiga Dara menjadi film terlaris di masa itu.

Karir Indriarti Iskak langsung meroket usai membintangi film tersebut.

Sinopsis :

Tiga dara, Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya) dan Nenny (Indriati Iskak), cukup bikin pusing si nenek, pengganti ibu mereka yang telah meninggal dunia.

Apalagi bapak cuma sibuk dengan urusan dirinya sendiri.

(Dua Ustaz Benarkan Istri Kedua Opick Meninggal, Sebelum Berpulang Ternyata Wulan Pernah Keguguran)

Di sekitar tiga gadis itu muncul Herman (Bambang Irawan), Toto (Rd Sukarno) dan Joni.

Pertentangan antara Nunung yang pendiam dan Nana yang agresif berhasi ditanggulangi oleh si bungsu yang lincah, Nenny.

Segalanya berakhir dengan gembira.

4. Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) 1950

Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) 1950
Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) 1950 (jurnalfootage.net)

Film ini merupakan film Indonesia pertama yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara (setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan Indonesia).

Film ini merupakan produksi pertama Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini).

Hari pertama syuting film tersebut, kemudian diresmikan menjadi Hari Film Nasional oleh Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie bersama Dewan Film Nasional.

(10 Potret Cantik Shaloom Razade yang Dipuji Netizen, Putri Wulan Guritno yang Tinggal di Inggris)

Sinopsis:

Film ini mengisahkan perjalanan panjang (long March) prajurit divisi Siliwangi RI, yang diperintahkan kembali ke pangkalan semula, dari Yogyakarta ke Jawa Barat setelah Yogyakarta diserang dan diduduki pasukan Kerajaan Belanda lewat Aksi Polisionil.

Rombongan hijrah prajurit dan keluarga itu dipimpin Kepten Sudarto (Del Juzar).

Perjalanan ini diakhiri pada tahun 1950 dengan diakuinya kedaulatan Republik Indonesia secara penuh.

Film ini lebih difokuskan pada Kapten Sudarto yang dilukiskan bukan sebagai pahlawan tetapi sebagai manusia biasa.

(Sebelum Bubar, JBJ akan Persembahkan Lagu Terakhir yang Gambarkan Perasaan Para Member)

Meski sudah beristri di tempat tinggalnya, selama di Yogyakarta dan dalam perjalanannya ia terlibat cinta dengan dua gadis.

Pada waktu keadaan damai datang, ia malah harus menjalani penyelidikan, karena adanya laporan dari anak buahnya yang tidak menguntungkan dirinya sepanjang perjalanan.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved