Serangan Bom di Surabaya
Pesan Terakhir Tutik, Wanita Sopir Bus yang Jadi Korban Bom Gereja Surabaya, 'Mak Jleb' Bacanya!
Tak disangka permintaan ini jadi pesan terakhir Tutik, korban bom gereja di Surabaya, pada keluarganya.
TRIBUNJATIM.COM - Bom gereja yang dilakukan oleh keluarga teroris di Surabaya masih menyisakan luka mendalam.
Tiga gereja di Surabaya menjadi lokasi bom bunuh diri teroris hingga menimbulkan 18 korban jiwa.
Ketiganya meliputi Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.
Baca: Merinding! Begini Cara Aneh Istri Terduga Teroris di Malang Beli Sayur, Kecurigaan Tetangga Terbukti
Sri Pudjiastuti adalah salah satu korban jiwa dari bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.
Bagi keluarga korban, Sri Pudjiastuti atau yang akrab disapa Tutik merupakan sosok yang tangguh.
Dilansir dari Kompas.com, Tutik sudah terbiasa bekerja keras, mulai sopir bus malam hingga sopir taksi pernah ia lakoni.

Baca: Anak Anton Ferdiantono Tolak Doktrin Jadi Teroris, Hidup Berbanding Terbalik dari Ayah-Ibunya
"Almarhumah itu mantan sopir bus malam dan taksi di Surabaya," ujar Tri Nuryani (57), kerabat korban di sela pemakaman Tutik di Tempat Pemakaman Umum Bonoloyo, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (15/5/2018) siang.
"Jadi kalau di terminal itu sudah kayak cowok begitu," lanjutnya.
Sebelum merantau di Surabaya, kata Tri, Tutik sempat tinggal bersama keluarga ibu kandungnya.
Baca: Fakta Terbaru Terungkap Gara-Gara Tulisan di Celana Dalam Anak Pelaku Bom Polrestabes Surabaya Ini
Namun tak berapa lama kemudian, Tutik yang pernah menikah itu memilih hidup mandiri mencari rejeki di kota pahlawan.
Meski tak memiliki pekerjaan tetap, Tutik tak lupa diri bila mendapatkan rejeki banyak.
Setelah terkumpul uang hasil kerja kerasnya, Tutik memilih pulang ke Solo untuk menemui saudara dan keponakannya.
Baca: Selamat dari Bom Orangtuanya, Tak Disangka Ini yang Dilakukan Anak Anton Febrianto ke Dua Adiknya
"Kalau ada rejeki banyak, almarhum ingin segera pulang ke Solo untuk memberikan uang kepada saudara-saudaranya yang tidak mampu di Solo," ungkap Tri.
"Jadi orangnya itu pemurah dan dermawan," sambungnya.
Tinggalkan Pesan
Kedekatan Tutik dengan keluarga di Solo menjadikan almarhumah selalu ingin balik ke kota kelahiran Presiden Jokowi bila terjadi apa-apa pada dirinya.
Bahkan sebelum peristiwa nahas menimpa Tutik, ia sering menelepon keluarga di Solo dan meninggalkan satu pesan khusus.
"Sebelum meninggal, almarhumah sering menelpon di keluarga Solo," jelas Tri.

Baca: VIDEO: Momen Mengharukan Tri Rismaharini-Djarot Saiful Hidayat Kunjungi Anak dan Istri Aloysius Bayu
"Tutik selalu berpesan kalau terjadi apa-apa minta dibawa ke Solo," tambahnya.
Tak hanya itu, Tutik juga berpesan kalau meninggal ingin didandani yang cantik.
Menurut rekan satu gerejanya, Tutik didandani cantik dan mengenakan kebaya.
Baca: Heboh Postingan Terakhir Aloysius Bayu, Berani Hadang Teroris Masuk Gereja Hingga Tewas Mengenaskan
Meski hidup mandiri, lanjut Tri, Tutik jarang mengeluh sakit.
Tubuh Tutik yang kuat dan segar hingga banyak membuat orang salah sangka tentang umurnya.
"Umurnya hampir 70 tahun tapi tidak terlihat seperti perempuan berumur seperti itu. Energik sekali dia," jelas Tri.
Baca: Tetangga Sebut Ada Sosok Misterius Datangi Rumah Pelaku Sebelum Aksi Pengeboman Tiga Gereja Surabaya
Tri menambahkan saat muda, rupanya Tutik, adik kandung ibunya itu menjadi atlet sepeda di Kota Solo.
Ia masih mengingat saat Tutik berlatih melaju mengayu sepeda di Stadion Sriwedari Solo.
Kabar meninggalnya Tutik, diterima keluarga usai pulang menghadiri pesta pernikahan.
Baca: Pesan Terakhir Keluarga Dita Supriyanto Semasa Hidup, Ayah-Ibu-Anak Pengebom 3 Gereja Surabaya
Setiba di rumah, Tri mendapati pesan di handphone-nya yang mengabarkan Tutik menjadi korban bom di Surabaya.
Mendapatkan kabar buruk itu, Tri langsung menuju Surabaya
Nahas, setibanya di Mojokerto, Tri mendapatkan informasi, Tutik sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir di Rumah Sakit Angkatan Laut Surabaya.
Baca: Mengintip Buku Panduan Teroris Bom Surabaya untuk Nyamar Jadi Warga Biasa, Astaga Merinding Bacanya!
Tutik dan Vespanya Terbakar Pasca Bom Meledak
Bagi rekan-rekan satu gereja, Tutik merupakan sosok yang menyenangkan.
Lantaran keterbukaan sikap dan suka bercanda, Tutik memiliki banyak teman.
"Orangnya baik," kata Sri Purwanti, rekan satu gereja yang mengikuti pemakaman di TPU Bonoloyo, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Selasa ( 15 / 5 / 2018) siang.
"Temannya juga banyak. Suka bercanda dan bicara apa adanya," lanjutnya.
Kedekatan Tutik dengan banyak orang ditunjukkan banyaknya jemaat gereja yang ikut mengantar jenazah hingga ke Solo meski jauh jaraknya.
Sekitar 50-an jemaat Gereja Pantekosta Pusat Surabaya mencarter bus mengantar jenazah Tutik ke Kota Solo.
"Semua jemaat gereja sangat menyayangi almarhumah," jelas Sri.
"Tadi satu bus berisi 50-an jemaat gereja ikut datang kesini mengantar jenazah Tutik," sambungnya.
Sri menceritakan saat peristiwa nahas melanda Tutik, dirinya tidak berada di lokasi.
Saat itu ia hendak berangkat ke gereja mengikuti misa kedua tetapi tidak diizinkan suaminya.
"Suami saya melarang karena gereja kami dibom," jelas Sri.
Beberapa hari sebelum bom meledak di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Sri sempat berkunjung ke rumah Tutik.
Bahkan dirinya sempat santap malam bersama Tutik.
"Tutik bilang hari ini dia mau ke Tulungagung," kata Sri.
Informasi dari rekan-rekannya, sebelum bom menghantam Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Tutik duduk di teras gereja.
Tutik datang ke gereja naik skuter kesayangannya.
Saat itu, Tutik duduk di teras menunggu misa kedua.
Pasalnya misa pertama sementara berlangsung didalam gereja.
Tak lama kemudian, rombongan teroris datang meledakan bom hingga mengakibatkan Tutik mengalami luka bakar yang serius.
"Skuter miliknya juga ikut terbakar," ungkap Sri.