Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Air Mata Iringi Pemakaman Siswi SMP yang Bunuh Diri, Sang Ibu Desak Sistem Zonasi Ditinjau Ulang

Pemakaman jenazah siswi SMP yang bunuh diri diwarnai protes sang ibu kepada kebijakan penerimaan siswa baru.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Mujib Anwar
SURYA/SAMSUL HADI
Jenazah EPA siswi SMP di Kota Blitar yang bunuh diri saat dimasukkan ke liang lahat untuk dimakamkan, Jumat (1/6/2018). 

EPA khawatir peluangnya diterima di salab satu SMA favorit di Kota Blitar kecil karena terbentur sistem zonasi.

"Sebelumnya dia sempat mengeluh soal itu ke saya. Dia juga pesimis tidak bisa masuk sekolah favorit seperti kakak-kakaknya. Untuk itu, saya minta pemerintah untuk mengkaji ulang sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru di SMA," kata Endang.

Sebelumnya, EPA, ditemukan meninggal gantung diri di kamar kos, Jl A Yani, Kota Blitar, Selasa (29/5/2018).

Diduga motif yang mendorong remaja 16 tahun yang baru lulus dari SMPN 1 Kota Blitar ini bunuh diri karena khawatir gagal masuk SMA favorit di Kota Blitar karena terbentur masalah zonasi.

Baca: Siswi Cantik yang Bunuh Diri Usai Lulus dari SMP Negeri, Ternyata Anak Cerdas dan Berprestasi, Tapi

Sistem zonasi ini memprioritaskan siswa dari dalam kota. Sedangkan siswa dari luar kota hanya diberi kuota sekitar 10 persen. Sedangkan, EPA sendiri meski sekolah di SMPN 1 Kota Blitar, domisili di kartu keluarga ikut orang tuanya yang tinggal di Srengat, Kabupaten Blitar.

EPA sebenarnya dikenal sebagai anak yang pandai di SMPN 1 Kota Blitar. Dia sering mewakili sekolah ikut olimpiade. Nilai ujian nasional EPA juga tinggi yakni 359,0 atau nilai rata-ratanya hampir 90.

Teman sekolah EPA juga ramai membicarakan penyebab korban bunuh diri karena khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA favorit di Kota Blitar karena terbentur sistem zonasi.

Baca: Bunuh dan Perkosa Sejoli yang Lagi Asyik di Pantai, Tiga Pria Bangkalan Divonis Hukuman Mati

Seperti dikatakan Wulan, siswa satu kelas EPA di SMPN 1 Kota Blitar. Menurutnya, EPA memang ingin melanjutkan di SMAN 1 Kota Blitar.

Tetapi, dengan sistem zonasi, dia khawatir peluang masuk di SMAN 1 Kota Blitar kecil. Sistem zonasi ini memprioritaskan siswa domisili Kota Blitar.

Kuota siswa luar kota hanya 10 persen. Sedangkan EPA, domisilinya di Srengat, Kabupaten Blitar.

"Saingannya berat, karena anak-anak kabupaten nilai ujian nasionalnya juga tinggi-tinggi. Selama ini anak SMPN 1 yang nilainya bagus tapi domisili kabupaten jarang diterima di SMAN 1," tegas Wulan. (Surya/Samsul Hadi)

Baca: Tiga Malam Puasa Pesta Miras di Tulungagung, 3 Orang Kritis, Kondisinya Aneh dan Ada yang Diikat

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved