Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Detik-detik Wafatnya Soeharto, Sepotong Pizza dan Ingin Hadap Kiblat Serta Minta Anak Tidak Dendam

Inilah detik-detik Soeharto meninggal dunia. Ada sejumlah momen yang dilalui bersama Tutut Soeharto. Apa saja itu?

Penulis: Januar AS | Editor: Adi Sasono
www.tututsoeharto.id
Soeharto saat di rumah sakit bersama keluarga 

“Wuk, Tutut, sini kamu deket bapak.”

“Dalem bapak. Bapak ngersaaken menopo. (menginginkan apa),” mendekat saya menjawab.

“Ora (tidak)… Bapak mau bicara. Dengarkan baik-baik,” bapak menjawab lirih.

“Ada apa tho bapak,” bingung saya menyaut.

“Bapak sudah tidak kuat lagi. Bapak ingin menyusul ibumu,” kata bapak.

“Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu, Insya Allah bapak akan sembuh kembali,” saya menjawab mulai merinding.

“Kamu dengarkan wuk. Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-saudara semua.

Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga.

Selain itu Allah menyukai kerukunan. Ingat pesan bapak…, tetap sabar, dan jangan dendam. Allah tidak sare (tidur),” bapak memberi nasehat dengan lirih.

Saya tak dapat menahan air mata saya, tapi saya tidak mau bapak terbebani juga dengan kesedihan saya, saya sampaikan ke bapak: “Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu.”

Bapak memegang tangan saya sambil berucap: “Jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-Nya.

Tinggal waktunya berbeda. Bapak tidak akan hidup selamanya.

Kamu harus ikhlas, Insya Allah kita akan bertemu suatu saat nanti, di alam lain.

Dekatlah, dan bersenderlah (bersandar) selalu kalian semua hanya kepada ALLAH. Karena hanya Dia yang pasti bisa membawa kita ke sorga. Doakan bapak dan ibumu.”

Saya terdiam takut, tak dapat menahan air mata.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved