Detik-detik Wafatnya Soeharto, Sepotong Pizza dan Ingin Hadap Kiblat Serta Minta Anak Tidak Dendam
Inilah detik-detik Soeharto meninggal dunia. Ada sejumlah momen yang dilalui bersama Tutut Soeharto. Apa saja itu?
Penulis: Januar AS | Editor: Adi Sasono
Setelah istirahat sebentar, bapak melanjutkan pesannya: “Bapak bangga pada kalian semua anak-anak bapak. Selama ini menemani bapak terus. Bapak menyayangi kalian semua, tapi bapak harus kembali menghadap ILLAHI,” bapak berhenti sebentar terlihat capek, tapi saya tidak berani memotongnya, lalu bapak meneruskan lagi bicaranya.
“Teruskan apa yang sudah bapak lakukan, membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita. Jaga baik-baik yayasan yang bapak bentuk. Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat,” berhenti sejenak. “Jangan kalian pakai untuk keperluan keluarga.”
“Wis wuk, bapak capai, mau istirahat dulu.”
Saya peluk bapak erat, mencium tangannya, dan segera saya betulkan selimut beliau, dan bapak tidur dengan wajah yang tenang sekali. Di dalam hati, saya berdoa, “Ya ALLAAAAAH, beri saya kekuatan dan kemudahan untuk melaksanakan keinginan bapak, aamiin.”
Sejujurnya saya tidak dapat berfikir dengan jernih saat itu. Hanya doa pada Sang Khalik, untuk kesembuhan bapak kami tercinta.
Sore harinya, bapak agak drop kesehatannya, tim dokter bertanya pada bapak : “Bapak, kami akan memeriksa bapak ya.”
Bapak menjawab : “Tanyakan pada Tutut saja.”
Para dokter agak bingung lalu menyampaikan pada saya. Saya sampaikan, “Ayo saya temani periksa bapak.”
Pada malam harinya, kebetulan saya dan Mamiek jaga bapak. Bapak kelihatan drop sekali. Tapi setiap kami tanyakan, bapak ada yang sakit, bapak hanya geleng kepala.
Sampai pagi akhirnya bapak tertidur dengan tenang, subuh saya dan Mamiek mencoba tidur sebentar.
Namun baru sekejap kami tidur sudah dibangunkan suster bahwa bapak kritis. Kami berdua ke kamar bapak.
Bapak, ditemani Sigit, nampak tertidur dengan tenang tapi sudah tidak membuka mata.
Kami putuskan memanggil semua keluarga.
Sesampainya semua di rumah sakit, satu persatu saya minta semua cium tangan bapak, sambil saya dan adik-adik membimbing bapak, membisikkan di telinga bapak, untuk istighfar dan bertasbih.
Salah seorang dari perawat bapak, ikut membisikkan terus khalam ILLAHI, sampai terhenti nafas bapak.