Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Soekarno Mendadak Hentikan Pidato Pasca G30S/PKI Akibat Selembar Nota dari Ajudan, Isinya Mencekam

Saat berpidato, Soekarno tiba-tiba diberi selembar nota oleh ajudannya. Berisi sesuatu yang penting, sekaligus mencekam

Penulis: Januar AS | Editor: Yoni Iskandar

Dari dalam rumah, tepatnya sebuah kamar di lantai 2, seorang perwira TNI AD yang merupakan empunya rumah tidak panik.

Dalam balutan pakaian militer lengkap, pria itu, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan, menghadapkan badannya ke sebuah cermin di lemari besar.

Beberapa kali dia merapikan pakaian agar tak terlihat kusut.

Tentara yang kini sudah masuk dan menguasai lantai 1 rumah itu semakin galak.

Tembakan dilepaskan.

Sejumlah perabot dan vas yang menjadi hiasan pun jadi sasaran penembakan.

Istri dan anak DI Panjaitan yang berada di lantai 2 semakin terlihat ketakutan.

Apalagi, seorang asisten rumah tangga melaporkan bahwa dua keponakan Panjaitan yang di lantai bawah, Albert dan Viktor, terkena tembakan.

Namun, Panjaitan tetap tenang. Dengan langkah perlahan, dia turun ke lantai 1 yang dikuasai pasukan yang disebut dari satuan Cakrabirawa, pasukan khusus pengawal Presiden Soekarno.

Saat DI Panjaitan berada di bawah, tentara itu memaksanya untuk segera naik ke truk yang akan mengantarnya ke Istana. Kata para tentara, jenderal berbintang satu itu dipanggil Presiden Soekarno karena kondisi darurat.

Seorang jenderal diundang ke Istana oleh gerombolan tentara, tentu merupakan hal yang janggal. Akan tetapi, dalam todongan senjata, DI Panjaitan tetap tidak panik. Dia menyempatkan diri untuk berdoa, yang menyebabkan para tentara itu semakin marah.

Seorang tentara kemudian memukulkan popor senjata, tetapi DI Panjaitan menepis sebelum benda keras itu menghantam wajahnya.

Tentara yang lain marah, Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat itu ditembak. DI Panjaitan tewas. Jenazah DI Panjaitan segera dimasukkan ke dalam truk dan dibawa pergi.

Meski demikian, darah pria kelahiran Balige, Sumatera Utara itu masih berceceran di teras rumah. Putri sulung Panjaitan, Catherine, menyaksikan penembakan itu.

Dia terlihat shock saat ayahnya ditembak. Setelah gerombolan tentara itu pergi, didatanginya tempat ayahnya ditembak.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved