5 Lokasi yang Dihindari Pilot Pesawat: Lewat Rusia Rawan Ditembak hingga Turbulensi Tinggi di Afrika
Beberapa lokasi dan negara menjadi target para pilot untuk menghindarinya memilih rute melewati kawasan itu. Mana saja wilayah tersebut?
Beberapa lokasi dan negara menjadi target para pilot untuk menghindarinya memilih rute melewati kawasan itu. Mana saja wilayah tersebut?
TRIBUNJATIM.COM - Pesawat terbang saat ini sebenarnya diklaim menjadi alat transportasi yang aman.
Kejadian pesawat Lion Air JT 610 yang begitu membuat terpukul semua pihak masih penuh misteri hingga Selasa (30/10/2018).
Dikutip dari Kompas.com, (29/10/2018), analisis awal menyebut bahwa pesawat Lion air tidak meledak di udara.
Tetapi, mengapa ia kemudian berubah menjadi puing-puing saat ditemukan oleh tim SAR sejak Senin (29/10/2018) pagi?
• Ruben Onsu Turut Berduka Atas Kecelakaan Lion Air JT 610, Ungkap Ketakutannya Jika Berpergian Jauh

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) Soerjanto Tjahjono mengungkap dugaannya.
Dia menduga, menduga pesawat Lion Air JT 610 hancur saat jatuh membentur permukaan air di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat (29/10).
Soerjanto meyakini bahwa pesawat tidak meledak di udara karena serpihan pesawat tidak menyebar jauh dari titik jatuhnya pesawat.
• Sempat Trauma Naik Pesawat Terbang, Ben Kasyafani Ungkap Pernah Alami Kejadian Tak Menyenangkan
"Kalau pecah di udara, sebarannya berkilo-kilo. Tapi, ini kan cuma di titik itu saja," ujar Soerjanto seperti dilansir Kompas.com.
Situs web Flight Radar menyajikan informasi berkaitan dengan beragam aktivitas penerbangan yang terpantau radar, termasuk penerbangan nahas Lion Air JT 610.
Hingga saat ini, data pemantauan penerbangan seperti yang tersedia dari Flight Radar masih menjadi sumber informasi mengenai 13 menit penerbangan sebelum hilang kontak.
Data yang didapat sudah memunculkan sejumlah pertanyaan.
• Cerita Moedjiono Korban Lion Air JT 610: Akan Gelar Ultah, Istrinya yang Sakit Ungkap Momen Terakhir
Terlebih lagi, beredar informasi bahwa pilot sempat meminta izin berputar kembali ke bandara asal.
Dari data Flight Radar, yang menyediakan pula versi detail berupa dokumen worksheet di dalamnya, terlihat lonjakan kecepatan pesawat pada menit ketiga setelah lepas landas.
Kecepatan pesawat terpantau mencapai kisaran 300 knot, sementara pesawat bahkan belum mencapai ketinggian jelajah di kisaran 10.000 feet, dan terpantau naik turun tidak stabil.
Data itu memperlihatkan, pesawat terus berada di kecepatan sekitar 300 knot, dengan ketinggian tertingginya tak sampai 6.000 feet.
Bila dikonversi, kecepatan 300 knot setara sekitar 550 km/jam.

Adapun ketinggian 6.000 feet setara sekitar 1.800 meter dari permukaan tanah.
"Bila membaca data itu, ada indikasi overspeed selama penerbangan dari menit ketiga sampai kecepatan dan keberadaan pesawat hilang dari data radar pada menit ke-13 di ketinggian sedikit di bawah 4.000 feet," kata praktisi dan pengamat penerbangan, Yayan Mulyana dikutip dari Kompas.com, (29/10/2018).
Mungkinkah penyebabnya karena cuaca?
• Daftar Nama Awak Pesawat Lion Air JT 610, Simak Profil Kapten Pilot serta Status Terakhir Pramugari
BMKG menyatakan bahwa cuaca sama sekali bukan merupakan penyebab dari insiden Lion Air JT 610 itu.
"Dari data BMKG Soekarno Hatta, catatan kami angin berhembus pelan arahnya 160 derajat dengan kecepatan 3 knot. Kemudian jarak pandangnya 8 kilometer, ini bagus," ujar Agie dikutip dari Kompas.com (29/10/2018).
"Awannya itu scattered dengan ketinggian 2.000 feet. Itu artinya kondisi cuaca cerah berawan. Suhunya tercatat 27,25 derajat Celsius. Kemudian cuaca tercatat no significant. Artinya, kondisi cuaca itu clear untuk take off," sambungnya.

Wilayah dan lokasi memang menjadi kunci penting bagi pilot dan maskapai untuk memutuskan rute terbaik untuk lewat.
Dikutip dari Dailymail.com, tak semua rute bisa saja dilalui oleh pesawat.
5 di antaranya ini memiliki larangan tertentu, karena dijadikan wilayah konflik, hingga cuaca.
• Update Terbaru Pencarian Korban Pesawat Lion Air JT 610, 26 Kantong Jenazah Diserahkan ke DVI Polri
1. Afrika
Menurut data Asosiasi Penerbangan Udara Internasional (IATA) yang dikutip dari Dailymail, Afrika paling rawan dilintasi pesawat karena faktor infrastruktur bandara dan kesiapan SDM pengelola bandara yang masih rendah.
Angka kecelakaan di negara itu sebanyak 6,83 per 1 juta penerbangan pada 2009 hingga 2013.
Ini merupakan angka tertinggi di dunia.
Ada bandara di wilayah Afrika yang berpotensi tinggi ancaman cuaca. Membuat pesawat alami turbulensi tinggi.
• Istri Pegawai Kemenkeu Korban Kecelakaan Lion Air: Apa Pun yang Terjadi, Saya Mau Bawa Pulang Bapak

2. Rusia
Dikutip dari Intisari, para pilot perusahaan penerbangan manapun di seluruh dunia diimbau untuk sangat hati-hati memasuki Rusia.
Wilayah Rusia yang dahulu bernama Uni Soviet memiliki aktivitas negara yang sangat rawan konflik.
Korban konflik wilayah di Rusia yang masih hangat jadi pembicaran adalah pesawat yang melintasi negara ini adalah Malaysia Airlines MH17.
Maskapai tersebut jatuh ditembak rudal jarak jauh saat memasuki wilayah udara Ukraina pada 17 Juli 2014.

3. Masjid Al-Haram Saudia Arabia
Mengutip Intisari, Hasan Al-Ghamidi, pilot berkebangsaan Arab Saudi yang juga pemerhati urusan penerbangan sipil menjelaskan dalam rekaman video yang diunggah jejaring sosial Facebook.
Al- Ghamidi menjelaskan bahwa larangan terbang di atas Masjid Al-Haram bukan karena adanya gelombang magnet yang terpancar dari Ka’bah, ataupun adanya ruangan hampa di atas kiblat umat Islam.
Melainkan untuk melindungi keselamatan dan kenyamanan para jamaah umrah dan haji.

4. Bungkingham Palace, Inggris
Wilayah Buckingham Palace di London, Inggris juga dilarang dilintasi pesawat.
Alasannya, karena bangunan itu sangat penting bagi warga London.
Selain Buckingham Palace, Kastil Windsor, melansir Tribun Travel, Downing Street dan Gedung Parlemen juga dilarang dilintasi karena alasan keamanan.
• Update Terbaru Pencarian Korban Pesawat Lion Air JT 610, 26 Kantong Jenazah Diserahkan ke DVI Polri

5. Merrit Island, Amerika Serikat
Wilayah di AS yang dilarang dilintasi pesawat adalah Merrit Island.
Pesawat dilarang melintasi wilayah ini sejauh 5000 kaki di atasnya.
• Tragedi Lion Air JT 610 Disorot oleh Media Asing, Bahas Catatan Kecelakaan hingga Keluarga Pilot
Merrit Island merupakan markas Kennedy Space Center milik NASA, sebuah badan angkasa luar milik Amerika Serikat.
Peluncuran roket dan percobaan sering terjadi tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Dikhawatirkan, hal ini bisa mengancam penerbangan sipil yang terbang melintas di dekatnya.
