Tsunami Banten dan Lampung
4 Kisah Korban Selamat dari Tsunami Banten, Panjat Pohon hingga Balita Terjebak di Runtuhan Resort
Beberapa cerita korban yang selamat dari tsunami Banten, panjat pohon hingga balita di runtuhan resort.
Beberapa cerita korban yang selamat dari tsunami Banten, panjat pohon hingga balita di runtuhan resort.
TRIBUNJATIM.COM - Tsunami yang menerjang pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12/2018) menyisakkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia.
Gelombang tsunami menerjang pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan sekitar pukul 21.27 WIB.
Dari sederet duka yang dialami oleh korban tsunami Banten, terselip cerita haru perjuangan dari korban yang akhirnya selamat dari amukan tsunami.
Berikut TribunWow (grup TribunJatim.com) rangkum sederet kisah perjuangan korban dalam menyelamatkan diri dari tsunami Banten :
• Cerita Korban Tsunami Banten yang Selamat Setelah Panjat Pohon, Yang Terlihat Cuma Air Laut
1. Kisah Anak Umur 5 Tahun
Bocah berusia 5 tahun bernama Ali menjadi satu dari korban selamat tsunami Banten.
Ali selamat dari tsunami meski terjebak dalam reruntuhan bangunan Mutia Resort yang terletak di Pantai Carita, Pandeglang, Banten selama 12 jam.
Ditemukannya korban selamat tsunami Banten kemudian membuka harapan bagi korban-korban lainnya yang masih dicari keberadaannya.
Berikut foto-foto Ali bocah 5 tahun saat proses evakuasi.


• Sutopo Purwo Bagikan Kondisi Terkini Tanjung Lesung Pasca Tsunami Banten, Semua Rata Tanah
2. Kisah Ivan Seventeen Selamat Karena Berpegangan Box
Reifan Fajarsyah atau akrab disapa Ifan Seventeen jadi satu dari korban yang juga selamat dari terjangan tsunami Banten.
Ia saat itu berada di Tanjung Lesung Beach Resort dan sedang mengisi sebuah acara gathering.
Kala itu, Seventeen baru membawakan dua lagu saat tiba-tiba ombak besar datang.
"Kami baru main lagu kedua, terus memang kami enggak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba panggungnya kebalik, atapnya menimpa kami semua," ujar Ifan dikutip dari Tribunjatim.
Setelah kejadian itu, Ifan menceritakan bahwa keadaan semakin mencekam dan tidak dapat ia kendalikan.
• Tangisan Mantan Vokalis Seventeen Tahu Sahabat Jadi Korban Tsunami Banten: Saya Kehilangan Saudara
"Terus masuk ke dalam air laut yang penuh lumpur, nelen air laut banyak, tergulung-gulung. Kaki di atas kepala di bawah, besi di mana-mana, kayu di mana-mana. Kepentok sana, kepentok sini," tambahnya.
Saat itu, dirinya mengaku melihat banyak mayat yang berada di bibir pantai.
"Emang sebagian besar kita, saya tadi dan manajer kita ada di bibir pantai,"
"Termasuk aku sendiri, aku waktu kejadian sempet terlempar ke tengah laut, ada banyak mayat sekitar aku mungkin 20 hingga 24," kata Ifan, Minggu (23/12/2018).

Ifan lantas menceritakan kisah perjuangannya hingga bisa selamat dari amukan tsunami Banten.
Ifan mengaku berpegangan pada sebuah benda untuk menyelamatkan diri.
"Saya lihat kepanikan orang. Saya lihat chaos sekali. Saya terapung-apung di laut. Sampai saya bisa menggapai sebuah box," kata Ifan dikutip dari Kompas.com (grup TribunJatim.com)
Dengan bantuan box tersebut, ia berusaha menjauh dari kerumuman orang yang menggapai-gapai apapun agar tidak tenggelam.
"Saya berusaha lari menjauh dari kerumunan dan habis itu selang beberapa menit suasana sepi. Ternyata udah jadi mayat semua," kata Ifan.
Ifan menceritakan bahwa dirinya mengapung di air kurang lebih dua jam lamanya.
"Saya terapung-apung di laut sekitar hampir dua jam," kata Ifan.
Ia mengaku nyaris menyerah kala itu.
Namun ia berusaha mencapai bibir pantai untuk mencari keluarga dan juga rekan-rekannya.
Saat itu pula ia melihat road manajer Seventeen Oki Wijaya dan juga pemain bass Seventeen, M Awal Purbani yang sudah tak bernyawa.
"Di situ saya ketemu sama jenazahnya Mas Oki dama Mas Bani. Dalam keadaan terjepit, tapi udah dipinggirin sama warga. Panggung persis di tepi pantai. Banyak yang belum ketemu," ujar Ifan.
• Cerita Istri Herman Seventeen Tentang Sikap Beda Suami Sebelum Manggung, Saat Pamitan Baunya Wangi
3. Kisah Perempuan Selamat Karena Panjat Pohon
Satu dari korban selamat warga Perumahan Bumi Cipacing Permai, Desa Cipacing, Kecamatan Jatinagor, Kabupaten Sumedang.
Ia adalah Yeni Kusmawati (40) yang mengalami luka robek pada bagian kening akibat mengalami benturan keras pada bagian kepala.
Yenni menjelaskan pada Sabtu (22/12/2018) sekitar pukul 02.00 WIB siang, dirinya bersama dengan rombongan berangkat ke Pantai Carita Banten.
Ia bersama rombongan menginap di satu villa yang jaraknya puluhan meter dari bibir pantai.
Yeni bersama dengan rombongan kemudian melakukan aktivitas seperti biasanya.
"Ada yang bakar ikan lagi dan nyanyi juga, pokoknya Pantai Carita malam itu ramai sekali," kata Yeni di Bumi Cipacing Permai, Senin (24/12/2018).
Sedang asyik beristirahat, beberapa orang tiba-tiba mendengar gemuruh dari Gunung Krakatau namun tidak terlalu dihiraukan.
• 4 Dugaan Penyebab Tsunami di Selat Sunda Versi Vulkanolog ITB, di Antaranya Soal Material Gunung Api

Lantaran beberapa waktu terakhir, Gunung Krakatau memang kerap menunjukkan aktivitasnya.
Setelah mendengar gemuruh tersebut, beberapa saat kemudian ia mendengar gemuruh air yang cukup keras.
Air kemudian langsung masuk ke dalam villa dan menghancurkan seluruh isi villa.
"Tidak ada tanda-tanda tsunami seperti gempa, jadi cuek saja," ujarnya.
Melihat air menyapu villa, ia berupaya menyelamatkan diri dengan memanjat pohon dan juga menolong korban lain yakni Nanang Suherman (58).
"Tidak melihat rombongan lainnya, yang terlihat cuma air laut saja, saya terus saja menangis," katanya dikutip dari TribunJabar.
Akibat kejadian nahas tersebut, empat orang dari rombongan meninggal akibat tsunami.
Mereka adalah Feni (30), warga Bumi Cipacing Permai RT 3/17, Fico (4), warga Bumi Cipacing Permai RT 3/17, Ita Puspitasari (27), warga Bumi Cipacing Permai RT 6/17, dan Rida (42), warga Perum Abdinegara, Kecamatan Rancaekek.
• Pesan Duka dari Tokoh Dunia untuk Korban Tsunami Banten, Mulai Paus Fransiskus Hingga Donald Trump
4. Kisah Bayi Selamat
Sesosok bayi laki-laki terbungkus kain bercorak batik menjadi salah satu korban selamat dari bencana Banten.
Bayi tersebut menjadi sorotan lantaran terdengar menangis di dalam Puskesmas Carita, Kabupaten Pandeglang Banten.
Esra, warga yang menolong bayi tersebut mengungkapkan bahwa diduga orangtua dari bayi tersebut meninggal dunia dan berada dalam puluhan kantong mayat yang ada di puskesmas.
"Jadi ini bayi terus menangis di dalam puskesmas, infonya orangtuanya meninggal jadi korban tsunami," jelas Esra di Puskesmas Carita, Minggu (23/12/2018).
• Kesedihan Raffi Ahmad Saat Sahabatnya Jadi Korban Tsunami Banten: Mimpi Pesawat Jatuh & Kena Tsunami
Bayi laki-laki tersebut juga mengalami luka di bagian keningnya.
"Ini dia nangis terus minta susu mas, tadi sudah ada petugas yang menangani tapi sekarang menangis lagi," kata Esra dikutip dari Tribunjakarta.com (grup TribunJatim.com).
Warga lain yang juga turut melihat bayi tersebut mengungkapkan bahwa dirinya mengenali orangtua sang bayi.
"Ini anak Sinaga ini, biar saya bantu cari keluarga yang lainnya," ucap seorang wanita memakai baju berwarna hijau.

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Deretan Kisah Korban Selamat Tsunami di Banten, dari Panjat Pohon hingga Balita di Runtuhan Resort