Buku 'Grisse Kota Bandar' Ungkap Sisi Lain Denyut Nadi Gresik Lewat Lensa Kamera
Buku karya Chusnul Cahyadi itu berusaha mengungkap sisi lain Kota Gresik lewat hasil tangkapan lensa kamera
Penulis: Januar AS | Editor: Sudarma Adi
Meski demikian, untuk menyusun semua karyanya menjadi sebuah buku, Ayok hanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.
"Jadi hampir tiga bulan itu saya tidur sekitar jam 2 pagi, milih-milih foto, cari-cari foto lama. Saya kumpulkan, saya setting sendiri, saya print," terang Ayok.
Selama proses pemilihan bahan itu, Ayok juga mengonsultasikannya pada orang lain.
"Ya semacam kurator tidak resmi," lanjut Ayok.
Ayok mengungkapkan, awalnya foto-foto dalam bukunya itu akan ditampilkan dalam bentuk hitam putih.
Namun, karena pertimbangan nilai keindahan, Ayok pun mengurungkan niatnya.
"Sepertinya akan jadi kumuh, jadi saya bikin full colour," jelas Ayok.
Hasilnya pun cukup memuaskan Ayok.
Bahkan, menurut Ayok buku tersebut juga mendapatkan apresiasi dari Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto.
Itu terbukti dari adanya tulisan Sambari dalam buku karyanya itu.
"Pak Bupati ikut menulis di Sekapur Sirihnya, dan fotonya juga terpajang waktu naik kuda saat memerankan tokoh Sunan Giri," tutur Ayok.
Sedangkan mengenai pemilihan judul buku itu yang menggunakan kata "Grisse", Ayok memiliki alasan khusus.
"Grisse itu kan bahasa Belanda. Sedangkan orang dulu itu lebih mengenal kata Grisse daripada Gresik," terang Ayok.
Ayok berharap, bukunya itu mampu menginspirasi masyarakat Gresik untuk lebih mencintai kotanya.
"Karena sebenarnya memang masih banyak yang belum tereksplorasi soal Gresik ini. Padahal kotanya itu enak, suasananya bikin kangen," pungkas Ayok.