1 Tahun Serangan Bom Surabaya
6 Bulan Sebelum Bom Meledak di Mapolrestabes Surabaya, Pelaku Kunjungi Napi Teroris di Lapas Porong
Ketua RT 09 RW 05 Krukah Selatan XI-B, Ngagel, Surabaya, Kukuh sempat merasa petanda yang aneh sebelum insiden pengeboman terjadi.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ketua RT 09 RW 05 Krukah Selatan XI-B, Ngagel, Surabaya, Kukuh sempat merasa petanda yang aneh sebelum insiden pengeboman terjadi.
Petanda aneh itu sempat mengusik benak Kukuh bahkan sejak enam bulan sebelum bom yang dibawa Tri Ernawati dan suaminya Tri Murtiono meledak di Mapolrestabes Surabaya Senin (14/5/2018) silam.
Kukuk bercerita, sekitar Desember 2017, beberapa orang petugas yang diketahui dari jajaran Polda Jatim mendadak bertamu ke rumahnya.
Petugas itu hendak meminta bantuan padanya untuk diantarkan ke rumah orang tua Erna atau mertua dari Tri Murtiono.
Lantaran rumah kedua orangtua Erna hanya berjarak dua rumah ke sisi selatan dari rumahnya.
Kukuh tak segan langsung mengajak beberapa petugas Polda Jatim ke rumah yang ditinggali pasangan suami istri, Kusen dan Supiah.
Lantaran, begitu mendesak dan terkesan aneh, Kukuh menyempatkan diri untuk bertanya alasan kedatangan petugas Polda Jatim kala itu.
Ternyata kedatangan petugas Polda Jatim kala itu berkaitan dengan kunjungan Erna dan Tri Murtiono ke salah seorang napi teroris di Lapas Porong.
"itu kecurigaan-kecurigaan petugas yang wajib kita dukung," katanya saat ditemui TribunJatim.com di kediamannya, Selasa (7/5/2019).
Tak cuma diantar ke rumah orangtua Erna, lanjut Kukuh, kepolisian juga minta diantar ke rumah kontrakan Erna dan Tri Murtiono di kawasan Ngagel Tirto.
"Saat itu memang belum pindah (kontrakan di kawasan Rungkut)," lanjutnya.
Selama ini Erna dan suaminya belum memiliki rumah tinggal tetap.
• Anggap Bom di Mapolrestabes Surabaya Sebagai Aib, Pihak Keluarga Enggan Bicara Banyak
• Alasan Pelatih Persebaya Djanur Rekrut Bintang Timnas U-16 Asal Surabaya Supriadi
• Setelah Laga Persebaya Vs Persela, Aji Santoso Ungkap Perbedaan David da Silva dengan Amido Balde
Menurut Kukuh, mereka kerap berpindah kontrakan.
Dan, saat melakukan aksi pengeboman di Mapolrestabes Surabaya, mereka terhitung sudah tiga bulan mendiami rumah kontrakan di kawasan Rungkut.
Dan sempat tinggal cukup lama sekitar dua tahun di kontrakan Jalan Ngagel Tirto.
"Mereka punya usaha, kadang gak ada tempat. Mungkin sudah punya anak 3 jadi cari kontrakan yang lebih besar," ucapnya.
Setelah mengantar pihak kepolisian ke rumah kontrakan Tri Murtiono, Kukuh tak lagi tahu tindaklanjut pertemuan itu seperti apa.
Dugaan Kukuh, karena kecerdikan Tri Murtiono menyembunyikan sesuatu.
Pihak kepolisianpun akhirnya terkecoh, hingga menganggap kunjungan yang dilakukan Tri Murtiono dan Erna kepada seorang napi teroris di Lapas Porong Sidoarjo, dianggap sebagai pertemuan biasa.
"Mungkin karena faktor kepintaran Mas Tri untuk menyimpan sesuatu. Dan mungkin petugas menganggap biasa sebagai sesama teman jamaah untuk menjenguk," jelasnya.
"Eh, ternyata di balik pertemuan itu ada tujuan lebih besar lagi untuk melaksanaksn jihadnya dia atau tujuannya dia," lanjutnya.
Padahal, ungkap Kukuh, sehari sebelum insiden pengeboman terjadi di Mapolrestabes Surabaya Senin (14/5/2018). Dirinya sempat bertemu Erna di sebuah pasar yang tak jauh dari kawasan Krukah Selatan.
Erna sempat memesan sebuah kipas angin dinding untuk dipasang di dalam rumah kontrakannya.
"Dia kan nanya pesanan kipas ke saya. Kan saya pedagang kipas. Katanya mau dipasang di rumah, rumahnya sumuk," tandasnya.
Pertemuan singkat itu, tak disangka menjadi pertemuan terakhir Kukuh dengan Erna sebelum insiden pengeboman itu terjadi.