Pemuda Asal Lamongan Sulap Pipa Paralon Bekas Jadi Lampu Hias Motif Kaligrafi hingga Etnik
Di tangan orang kreatif, barang bekas atau limbah bisa disulap menjadi hasil karya yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti Supriyo.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Di tangan orang kreatif, barang bekas atau limbah yang oleh sebagian orang dianggap tidak bermanfaat dibuang begitu saja bisa disulap menjadi hasil karya yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Seperti Supriyo.
Warga desa Klagensramprat, Kecamatan Maduran ini mampu merubah pipa paralon bekas dengan ukuran acak menjadi lampu hias berbagai bentuk dan ornamen yang cantik dan segar dipandang mata.
"Awalnya sih dari coba-coba dengan memanfaatkan sisa-sisa pipa paralon yang tak terpakai, " kata Supriyo, saat ditemui Surya.co.id (grup Tribun Jatim.com), Sabtu (15/6/2019).
• Pemkab Jember Gelar Parade Pegon Watu Ulo 2019, Bakal Ada Arak-arakan hingga Festival Bakar Ikan
• 3 Mahasiswa Unair Manfaatkan Limbah Rumput Laut Jadi Bahan Material Bata Ringan Tahan Gempa
Supriyo tekun mengerjakan barang bekas itu.
Dipotong, dipahat, dilubangi, dan finishingnya dihaluskan, dipernis, cat dan baru di pasang vitingan lampu, kabel.
Warnanya pun tergantung sesuai dengan selera dan permintaan.
"Ternyara ada banyak teman yang tertarik," akunya.
Dirasa membawa hasil secara ekonomi, Priyo, panggilan akrab Supriyo, keasyikan dan memproduksi lebih banyak.
Iapun kemudian berusaha menekuni hasil karyanya itu sebagai ladang tambahan ekonomi.
Dari tangan dingin Supriyo, ia berhasil membuat beragam lampu hias, mulai dari lampu gantung, lampu meja, lampu dinding serta lampu taman atau outdoor, motifnya beragam.
Ada bentuk kaligrafi, tema alam, bunga, batik, etnik, hingga foto atau wajah, bisa juga custom, tergantung pesanan.
"Motifnya bermacam - macam," ungkapnya.
Menurut Supriyo, proses pembuatan lampu hias ini membutuhkan waktu yang beragam, bergantung tingkat kesulitannya.
Semakin rumit gambar maka proses pembuatannya akan semakin lama. Kalau yang mudah, lebih cepat.
Sampai proses finishing paling cepat sehari bisa menghasilkan 2 lampu.
"Tapi kalau yang motifnya foto/wajah karena gak tembus (relief) pengerjaanya lebih lama lagi," katanya.
Supriyo yang mengaku untuk membuat relief atau ukiran ini dibutuhkan konsentrasi ekstra dan ketekunan lebih.
Karena tingkat kesulitannya beragam, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Lesbumi Lamongan ini membandrol lampu hias buatannya dengan harga yang beragam.
Mulai Rp 125.000 hinggal Rp 150.000 per unit.
Barang hasil karyanya cocok ditempatkan dimanapun, tergantung pada motifnya.
"Di kafe juga bisa, diwarung, hotel sampai rumah mewah sekalipun," katanya.
Supriyo mengaku siap mengerjakan kurung lampu sesuai pesanan pemesan.
Semua proses produksi lampu hias berbahan paralon ini masih diilakukan secara manual atau buatan tangan, sehingga jumlah produksinya terbatas. Namun hasilnya benar - benar natural.
"Untuk sementara ini baru sekedar menerima pesanan dari teman-teman dan konsumen di Lamongan, "katanya.
• Sukahar Kusmin, Perajin Asal Kediri Ini Sulap Botol Miras dan Gilingan Kopi Jadi Lampu Hias Antik
• Buat Lampu Hias Canggih Bernuansa Lokal, Mahasiswa ITS Surabaya Terinspirasi dari Kecanduan Gadget
Penggarapannya masih dilakukan sendiri oleh Supriyo dan belum melibatkan pekerja dari luar.
Bisa jadi nantinya, kata Supriyo, ia akan melibatkan pemuda desa setempat kalau jumlah pemesannya lebih banyak.
Namun ia tak mau gegabah, karena karyanya itu membutuhkan sentuhan halus dan diimbangi dengan sentuhan perasaan.
"Ini kan termasuk karya seni," kata Supriyo. (Surya/Hanif Manshuri)