Data Azimut PPDB Bermasalah, SMPN 3 Tulungagung Temukan Pendaftar dari Tengah Samudera Hindia
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sistem zonasi, jarak rumah sangat menentukan dalam proses penjaringan.
Penulis: David Yohanes | Editor: Melia Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sistem zonasi, jarak rumah sangat menentukan dalam proses penjaringan.
Pihak sekolah melakukan verifikasi sistem zonasi PPDB berdasarkan azimut rumah masing-masing calon peserta didik.
Wakil Kepala SMPN 3 Tulungagung bidang kesiswaan, Achmad Syaiku mengatakan, setiap calon peserta didik wajib menunjukkan foto rumahnya.
• Peduli Almamater STIE Perbanas Surabaya, Gabungan Alumni IKAPNAS Sumbangkan Dana Rp 86 Juta
Foto ini diambil dengan aplikasi Open Camera, sehingga disitu ada data Azimut, garis lintang dan garis bujurnya.
"Jadi data azimut di foto itu kami masukkan ke dalam sistem. Dari situ kemudian ketahuan jarak rumah ke sekolah," ujar Syaiku, Kamis (20/6/2019).
Namun di hari ke dua pendaftaran ini, panitia PPDB SMPN 3 Tulungagung menemukan sejumlah kejanggalan.
Dari data azimut yang diserahkan, ternyata jarak rumah ke sekolah tidak masuk akal.
Saat dimasukkan dalam sistem, rumah pendaftar itu ada yang mencapai 5000 kilometer dan 11.000 kilometer.
"Kalau dilihat dari jarak itu, maka rumahnya ada di tengah laut, Samera Hindia sana," ucap Syaiku.
• Soal Polemik Sistem Zonasi PPDB, Kacabdisdik Bojonegoro-Tuban Sebut untuk Pemerataan Pendidikan
Selain itu ada siswa yang tinggal di 4 derajat lintang selatan.
Lokasi itu dekat di garis katulistiwa, di Pulau Kalimantan.
Karena merasa janggal, panitia menghubungi SD asal para siswa itu.
"Ada sekitar 10 siswa yang azimutnya salah. Kami minta SD asalnya untuk memperbaiki," tegas Syaiku.
Jika dibiarkan berdasar azimut yang lama, maka para siswa itu terancam tidak akan mendapatkan sekolah di Tulungagung.
Dengan cepat pihak SD asal siswa itu sudah melakukan revisi.
• Dindik Surabaya Janji Beberkan Hasil Konsultasi PPDB Dengan Pemerintah Pusat ke Orang Tua Besok
Syaiku menduga, kesalahan azimut ini dimungkinkan karena orang tua atau sekolah memotret rumah dengan aplikasi lain.
"Yang disarankan memang (aplikasi) Open Camera. Mungkin ada aplikasi lain yang dipakai memotret, sehingga azimutnya keliru,"tambah Syaiku.
SMPN 3 Tulungagung termasuk sekolah yang selama ini mendapat predikat favorit.
Pagi di sekolah ini sebanyak 352 siswa, dengan rincian 11 rombongan belajar, dan masing-masing rombel berisi 32 siswa.
Dari jumlah itu, 18 siswa diambil dari jalur prestasi, dan 18 siswa dari jalur mutasi.
Jalur prestasi sudah terpenuhi, sedangkan jalur mutasi hanya diisi empat siswa.
"Sisa kuota untuk jalur mutasi kami masukkan ke zonasi," pungkas Syaiku.
(David Yohanes)