'Ada yang Mati Aku Tanggung Jawab', Ucap Komandan Kopassus Lawan Komunis, Perwira Remaja Diturunkan
Sintong mengatakan bahwa terjun tempur di hutan, akan berkesan bagi para remaja. Begini nasib akhir para remaja yang jalankan tugas pertamanya itu.
TRIBUNJATIM.COM - Nama Kopassus melambung karena berbagai operasi militer yang mereka jalani.
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) adalah Komando Utama TNI AD yang jadi satu di antaranya pasukan TNI dengan segudang pengalaman bertempur.
Kopassus disebut sebagai pasukan Asia Tenggara pertama yang berhasil membunuh anggota pasukan Special Air Service (SAS) pada Operasi Dwikora.
Momen itu terjadi saat Indonesia bersitegang dengan Malaysia beberapa tahun lalu.
• Kisah Sintong Panjaitan Saksikan Danjen Kopassus Kolonel Moeng Telan Ular Sanca di Depan Murid-murid

Satu cerita Kopassus saat operasi militer untuk menumpas kaum komunis menjadi kisah yang tak pernah dilupakan.
Satu diantara operasi militer yang dilakukan Kopassus yakni saat pemberantasan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS), Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) yang berhaluan komunis.
Pasca G30 S/PKI pasukan-pasukan tersebut diminta untuk menyerahkan senjata mereka dan kembali ke Serawak Malaysia, namun permintaan tersebut mereka tolak dan melakukan perlawanan.
Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopasandha) yang sekarang bernama Kopassus ditugaskan untuk mengejar para pemberontak tersebut.
• Pengakuan Hendropriyono Soal Jawaban Sintong Panjaitan Saat Dirinya & Kopassus Terkepung: Saya Benci

Dikutip TribunJatim.com dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Pra Komando tulisan Hendro Subroto via TribunJambi.com begini kisahnya.
Tulisan ini berawal dari tulisan Hendro Subroto pada awal bulan Desember 1972, Mako Kopassandha, Cijantung.
Ia baru saja menerima laporan selesainya pendidikan sembilan perwira remaja di Pusat Pendidikan Kopassandha di Batujajar, Jawa Barat.
Ada kebiasaan di Kopassandha soal keperluan setiap remaja yang baru saja menyelesaikan pendidikan para komando.

Mereka diberi kesempatan menimba pengalaman tugas langsung di medan operasi.
Para remaja remaja itulah yang ditugaskan.
Empat orang perwira remaja, yaitu Letda Inf Subagyo HS, Letda Inf Kirbiantoro, Letda Inf. Muchdi PR dan Letda Inf. S. Supriyadi akan diterjunkan di hutan dekat Desa Tanjung.
Selanjutnya mereka akan bergabung dengan Yonif 515 yang bermarkas induk di Jember, Jawa Timur.
Para remaja itu akan memulai tugas pertempuran sebagai komandan pleton pada pasukan infantri.
• Pengalaman Kopassus Cari Keberadaan Suku Pemakan Manusia, Sintong Dikepung Etnis Pedalaman Bertombak

Sementara itu lima orang perwira remaja lainnya, masing-masing Lettu Inf Torang Tobing, Lettu Inf Niko Tumatar, Lettu Inf Edward Simbolon, Letda Inf Istiarto dan Lettu Johanes Bambang, akan ditempatkan di hutan dekat desa Paloh mereka bergabung dengan Satgas-42.
Pada tanggal 5 Desember 1972 pagi hari, pesawat C-47 Dakota Skadron-2 / Angkut Ringan AURI bertolak dari Pangkalan Udara (Lanud) Supadio, Pontianak, menuju hutan di Sektor Barat Kalimantan Barat dekat daerah perbatasan.
Mengingat, hutan yang menjadi DZ itu merupakan daerah yang masih merupakan antifitas gerombolan komunis Serawak.
Sehingga, Komandan Satgas 42/Kopassandha Mayor Sintong Pandjaitan memerintahkan agar disediakan pasukan pengamanan.
• Kisah Benny Moerdani Gagalkan Rencana Penculikan AH Nasution, Sampai Rela Tangkap Komandan Kopassus
Sintong mengatakan bahwa terjun tempur di hutan, akan berkesan bagi para remaja.
Ia pun memerintahkan para remaja itu untuk menjalankan tugas pertamanya.
Sintong meneriakkan imbauan yang ia sampaikan kepada segenap perwira lainnya yang tergabung dalam misi.
Sintong tak tanggung-tanggung melindungi para perwira remajanya itu jika nyawa mereka tidak tertolong nantinya.

"Tapi jika mereka ada yang mati, aku yang bertanggung jawab," kata Sintong seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunJambi.com.
Sintong Panjaitan saat itu merupakan Komandan Satgas 42/Kopassandha yang ditugaskan menggantikan Satgas 32/Kopassandha dan Kompi A Yonif 412 Kodam VII/Diponegoro.
Penggunaan angka 42 untuk satgas tersebut karena personel Satgas berasal dari Grup 4 Sandi Yudha yang bermarkas di Cijantung, Jakarta dan Grup 2 Parako dari Magelang.
Sintong Pandjaitan memimpin sebanyak 200 orang prajurit baret merah.
Ternyata kesembilan remaja yang terjun membawa perlengkapan perang termasuk senapan serbu M16A1 Kaliber 5.56mm pistol M1911 Colt.45 dengan menggunakan parasut RI-T.10, mendarat dengan selamat.
• Pengalaman Kopassus Cari Keberadaan Suku Pemakan Manusia, Sintong Dikepung Etnis Pedalaman Bertombak
Penduduk di kampung-kampung lewat yang menyaksikan penerjunan itu.
Mereka begitu memperoleh kesan anggota ABRI yang sedang melakukan operasi pengamanan semuanya merupakan pasukan yang hebat.
Berkat pengalaman terjun tempur di hutan Kalimantan Barat itulah ada imbalan yang sangat sesuai.
Kesembilan perwira remaja mendapat 'Bintang Merah' pada sayap terjun di dada kiri mereka.

Dalam perkembangan selanjutnya, keempat remaja yang ditugaskan selama lima bulan sebagai komandan peleton pada Yonif 515 kemudian, ditarik ke Mako Satgas-42 di Paloh.
Letda Subagyo HS dan Letda Muchdi PR diangkat menjadi Komandan Tim pasukan Baret Merah untuk memimpin pasukan para komando.
Seperti yang dibutuhkan Sintong dalam Operasi Kilat tugas tempur di Sulawesi Selatan dan Tenggara.
• Allahu Akbar, Teriak Pratu Suparlan Korbankan Diri Selamatkan Pasukan Kopassus, Pin Granat Dicabut
• Tatang Koswara Sniper Misterius Kopassus, Bawa 50 Peluru Buat Habisi 49 Musuh, 1 Butir untuk Dirinya