Kementerian Pertanian Persiapkan Arah Pembangunan Hortikultura Indonesia Periode 2020-2024
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menegaskan, pihaknya kini sedang menyusun 'Grand Design' guna memastikan Pembangunan Hortikultura.
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Melia Luthfi Husnika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menegaskan, pihaknya kini sedang menyusun 'Grand Design' guna memastikan arah Pembangunan Hortikultura 2020-2024 berjalan sesuai target dan tahapan yang jelas.
“Kami ingin pengembangan hortikultura bisa ditata sedemikian rupa agar mampu menjawab tantangan dan peluang mengisi pasar ekspor dunia," kata Prihasto, Selasa (6/8/2019).
Untuk menjawab tantangan tersebut tentunya diperlukan 'grand design' yang lebih progresif untuk mengoptimalkan potensi hortikultura Indonesia.
• Kementrian Pertanian Sebut Ekspor Benih Produk Hortikultura dari Indonesia Meningkat Tajam
Salah satunya melalui pengembangan kawasan hortikultura berbasis korporasi,”ujar Prihasto.
Menurut Dirjen Hortikultura yang baru dilantik tanggal 29 Juli lalu itu, rata-rata luas kepemilikan lahan pertanian di Indonesia masih sangat kecil, hanya sekitar 0,3 hektare per kapita sehingga dinilai tidak mencapai skala ekonomi yang layak.
"Namun jika setiap 0,3 hektare lahan dihimpun dan digabung kedalam satu kelompok masyarakat atau model korporasi, akan menjadi luas dan berdampak ekonomi yang signifikan. Itulah industri pertanian berbasis korporasi yang dimaksud oleh Presiden Jokowi," terang pria yang akrab dipanggil Anton tersebut.
Ke depan, lanjut Prihasto, konsep pengembangan kawasan hortikultura akan mengadopsi pola korporasi tersebut.
• Indonesia Target Jadi Lumbung Pangan Dunia 2045, Hortikultura Berbasis Korporasi Akan Dikembangkan
Polanya bukan lagi kecil-kecil seperti yang terjadi saat ini.
Apabila di satu kabupaten kondisi lahannya cocok, agroklimatnya sesuai, diberi bantuan satu jenis komoditas buah dengan luasan 500 sampai 1000 hektare tergantung skala ekonominya.
Dengan begitu kelak kabupaten tersebut bisa menjadi sentra buah nasional.
"Kalau terus bertahan kecil-kecil dan tidak mencapai skala ekonomi, akan berat kita menghadapi persaingan pasar global. Konsep kawasan ini, saya yakin mampu melejitkan ekspor hortikultura di masa yang akan datang,” tambahnya
Tentu program ini perlu sinergitas antar Direktorat lingkup Ditjen Hortikultura.
"Contohnya untuk program pengembangan kawasan manggis berdaya saing, Direktorat Buah menentukan kabupaten mana yang lahan dan agroklimatnya sesuai. Direktorat Perbenihan fokus menyediakan benih unggul bermutu," kata dia.
"Direktorat Perlindungan mendukung dari aspek pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman-red), serta Direktorat pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura terus memperluas pemasaran dan ekspornya," paparnya.