Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tersangka Penipuan Haji Ungkap Keterlibatan Oknum Lain, Murtadji Djunaidi: Saya Tak Bisa Ngomong

Pelaku kasus penipuan haji bermodus percepatan pemberangkatan, Murtadji Djunaidi, akhirnya buka suara perihal kasus yang menjerat dirinya.

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Melia Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM/LUHUR PAMBUDI
Murtadji Djunaidi saat dikeler penyidik menuju ruang balai wartawan Gedung Humas Mapolda Jatim, Jumat (9/8/2019). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pelaku kasus penipuan haji bermodus percepatan pemberangkatan, Murtadji Djunaidi, akhirnya buka suara perihal kasus yang menjerat dirinya.

Mengenakan setelan baju seragam tahanan Polda Jatim berwarna biru, ia datang di dampingi dua orang penyidik dari arah gedung Ditreskrimsus Mapolda Jatim.

Cara jalannya tenang, langkahnya mantab, ia melenggang begitu saja dengan sesekali kepala merunduk ke bawah dengan kondisi kedua tangan yang terborgol.

Usut Tuntas Kasus Penipuan Haji yang Rugikan Puluhan Orang, Polda Jatim Libatkan Ahli dari Kemenag

Setibanya di balai wartawan Gedung Humas Mapolda Jatim, pria perpeci itu mengungkapkan, biang keladi sekaligus dalang dari kasus tersebut ada pada seorang kenalannya yang berinsial S.

Kepada Murtadji, S ternyata menjanjikannya bisa mempercepat keberangkatan Calon Jemaah Haji (CJH) dari jadwal yang sudah ditetapkan Kemenag RI.

Alasan yang S sampaikan kepada Murtadji terbilang logis.

"Dia bilang ada program atau kuota khusus dari Kemenag Pusat," katanya dengan suara yang terbilang lirih, di Balai Wartawan, Gedung Humas Mapolda Jatim, Jumat (9/8/2019).

Tersangka Kasus Penipuan Haji Abal-abal Ungkap Ada Oknum Lain, Staf Kementerian Inisial S Disebut

Mendengar penuturan S semacam itu, Murtadji sempat tak percaya.

"Kemudian saya tanya jenengan ini sebagai apa. Dia bilang kalau kenal orang dekat dan kemudian terus berkembang," ujarnya.

Murtadji mengakui memperoleh informasi terkait percepatan haji dari S semenjak berkenalan pada bulan Juli 2018 silam.

Murtadji dikenalkan oleh seorang rekannya pada S.

Dan sosok S dikenal oleh kalanganya orang berpemdidikan tinggi dan sempat mengenyam bangku kuliah di perguruan tinggi luar negeri.

Mengetahui hal itu S semakin yakin dengan adanya percepatan pemberangkatan haji tersebut.

Apalagi pasca pertemuan pertama kali itu, ungkap Murtadji, intensitas pertemuannya bersama S makin sering.

"saya saat itu memang tidak ada rasa kecurigaan Saya yakin saja karena orangnya itu sudah betul-betul sering bertemu dengan saya sudah 6 kali ketemu," kata pria berpeci itu.

Setelah rentetam pertemuan demi pertemuan itu, Murtadji makin Yakin, sosok S mampu memberikan solusi berangkat haji dengan lebih cepat.

Namun sebelum itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.

Pria berkumis itu menyebutkan, para CJH yang berminat mengikuti program percepatan pemberangkatan haji diwajibkan menyetor sejumlah uang, dan bukti nomor kursi yang diperoleh dari Kemenag sesaat mendaftar haji untuk yag pertama kalinya.

"Persyaratannya itu adalah harus memiliki nomor kursi, itu yg wajib kita kumpulkan ke negara itu lo," jelasnya.

Dari situ, murtadji mulailah mencari para CJH yang ingin ikut program percepatan haji tersebut.

Dan ia menuturkan memprioritaskan CJH yang berasal dari kalangan keluarga besarnya.

"terus banyak teman yang saya hubungi, dan yang lebih dulu saya hubungi adalah pihak keluarga barangkali yang mau ikut lalu saya daftarkan," tuturnya.

Murtadji mengakui peminat program percepatan haji itu terbilang banyak.

Dalam program tersebut Mustadji mengaku, dirinya hanya bertindak sebagai pihak yang mengumpulkan peserta pemberangkatan haji.

Namun soal uang pembayaran program percepatan itu, Murtadji mengungkap, uang langsung diterima ke nomor rekening atas nama S.

"S itu hanya terima fulus aja. Iya saya hanya tarik sama saja karena semakin banyak semakin senang dia," ungkapnya.

Nominal uang yang diminta oleh Murtadji untuk dikirim ke nomor rekening S, beragam.

Ada yang tiga juta rupiah, lima juta rupiah, hingga Rp 35 Juta.

"uang itu malah sudah ditransfer, malah jumlahnya itu lebih dari target yang dia tentukan," katanya.

Melihat semakin bertambah banyak para CJH yanh mendaftar sekaligus melakukan pembayaran, semakin memantabkan dirinya bahwa program percepatan haji itu akan terlaksana.

Bahkan hingga senin (5/8/2019) kemarin, beberapa saat sebelum keberangkatan ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya, di halaman parkir Lapangam Bangkodir, Bangil, Pasuran.

Murtadji mengaku masih belum merasa curiga, lantaran dirinya masih berkomunikasi dengan S melalui sambungan telepon.

"tinggal menunggu clearance, saya tidak ngerti clearance itu apa. katanya itu adalah hubungan antara dalam negeri dan luar negeri urusan manifes atau apa gitu, dan dari situ saya semakin yakin," katanya.

Namun hal itu tak berlangsung lama, Murtadji akhirnya merasakan ada suatu hal yang tak beres saat bus yang memuat 59 rombingan CHJ program percepatan tiba di kawasan Sukolilo dan dicegat oleh pihak kepolisian.

"cuma secara rasional ketika kami nyampe ke Sukolilo itu saya kok menelpon panjang lebar tidak bisa memuaskan hati saya, 'dia bilang tunggu sampai jam 11 Tunggu sampai jam 11' gitu," ujarnya.

Dan rasa gusarnya itu terbukti benar. 59 CJH yang dibawa Murtadji ternyata tidak terdaftar, dan keberangkatan mereka ke tanah suci melalui program percepatan haji, hanya isapan jempol semata.

"terus ya sudah setelah terakhir kelihatan Begini saya Masya Allah sudah. Saya sudah tidak bisa ngomong," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved