Perubahan Pasar, Residensial Baru Segmen Menengah ke Bawah, Pendapatan Usaha Intiland Turun
PT Intiland Development Tbk melaporkan pencapaian hasil kinerja keuangan per 30 September 2019.
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - PT Intiland Development Tbk melaporkan pencapaian hasil kinerja keuangan per 30 September 2019.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, Perseroan membukukan pendapatan usaha Rp1,9 triliun, atau mengalami penurunan sebesar 23,4 persen dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,4 triliun.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono, menjelaskan bahwa penurunan kinerja usaha perseroan tak lepas dari adanya perubahan kondisi pasar properti saat ini.
Pertumbuhan yang terjadi tahun ini lebih didorong oleh penjualan maupun peluncuran proyek-proyek residensial baru yang menyasar pada segmen pasar menengah ke bawah. Kondisi ini berdampak pada kinerja usaha Perseroan yang sebagian besar portofolio produk dan inventori yang dimiliki di segmen pengembangan mixed-use & high rise dan perumahan yang menyasar pasar menengah ke atas.
“Kami di tahun ini tidak banyak meluncurkan proyek baru. Beberapa proyek baru yang kami luncurkan, hampir seluruhnya adalah produk residensial yang menyasar segmen pasar menengah ke atas,” ungkap Archied, Senin (28/10/2019).
Archied menjelaskan bahwa selama ini pendapatan usaha Intiland ditopang dari empat segmen pengembangan. Selain dari pengembangan mixed-use dan high rise, perumahan, kawasan industri yang merupakan sumber pendapatan dari pengembangan (development income) perseroan juga memperoleh pendapatan berkelanjutan (recurring income) yang bersumber dari investasi properti seperti penyewaan ruang perkantoran, manajemen properti, dan pengelolaan sarana olah raga.
• Kunjungi Kantor Raffi-Nagita, Denny Cagur Syok Lihat Budaya Kerja Rans Entertainment: Gini Doang?
• BKN Umumkan Pendaftaran CPNS 2019 Dibuka Mulai 11 November Melalui sscasn.bkn.go.id
• Isi Dompet Inul Daratista Dibongkar Nia Ramadhani, Ada Uang Cash Rp 10 Juta, Jiwa Lu Bergetar
Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat memberikan kontribusi pendapatan usaha peling besar mencapai Rp 858 miliar, atau 46,3 persen dari keseluruhan.
Kontributor berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan sebesar Rp 472,2 miliar atau 25,5 persen dari keseluruhan.
Segmen pengembangan kawasan industri memberikan kontribusi sebesar Rp62,4 miliar, atau 3,4 persen.
Sementara segmen properti investasi yang merupakan sumber recurring income tercatat membukukan Rp 461,7 miliar, atau 24,9 persen dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini mengalami peningkatan 7,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Kami terus berupaya meningkatkan kontribusi recurring income sehingga membuat struktur pendapatan usaha perusahaan menjadi lebih ideal. Peningkatan kontribusi dari penyewaan ruang perkantoran dan ritel menjadi prioritas untuk memperbesar pendapatan usaha yang bersumber dari recurring income,” ungkap Archied.
Berdasarkan sumber pendapatannya, kontribusi development income tercatat mencapai Rp 1,39 triliun atau 75,1 persen dari keseluruhan. Sisanya sebesar Rp 461,7 miliar atau 24,9 persen dari keseluruhan berasal dari recurring income.
Dari sisi kinerja profitabilitas, perseroan tercatat membukukan laba kotor sebesar Rp 645,8 miliar, atau menurun 10,1 persen dibandingkan perolehan periode yang sama tahun lalu.
Sementara laba usaha perseroan turut mengalami penurunan sebesar 12,9 persen menjadi Rp 242,9 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 278,9 miliar.
Penurunan pendapatan usaha ditambah dengan adanya peningkatan beban bunga mengakibatkan laba bersih perseroan melemah. Hingga akhir triwulan ketiga tahun ini, perseroan membukukan laba bersih Rp 6,5 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat mencapai Rp 122,9 miliar.