Tulungagung Waspada ! Pasien Diare Akut Melonjak 2 Bulan Ini, Dipicu Sulit Air Bersih Akibat Kemarau
Tulungagung Waspada ! Pasien Diare Akut Melonjak 2 Bulan Ini, Dipicu Sulit Air Bersih Akibat Kemarau.
Penulis: David Yohanes | Editor: Sudarma Adi
Tulungagung Waspada ! Pasien Diare Akut Melonjak 2 Bulan Ini, Dipicu Sulit Air Bersih Akibat Kemarau
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Terjadi ledakan pasien diare akut dalam rentang September 2019 hingga Oktober 2019 di Kabupaten Tulungagug.
Pada pertengahan September 2019 ada 143 pasien diare akut, dan akhir Oktober 2019 terdapat 200 lebih pasien diare akut.
Ledakan pasien diare akut ini terutama terjadi di daerah kesulitan air bersih.
Kemarau panjang membuat masyarakat kesulitan melakukan pola hidup bersih dan sehat.
• Penarikan Ranitidin, Dinkes Tulungagung Kumpulkan Penanggung Jawab Sarana Distribusi Sediaan Farmasi
• Tulungagung Peta Rawan TPPO Anak ! Warkop Karaoke Menjamur & Mudah Diimingi Gaji Besar Jadi Sebab
• Sopir Bus Harapan Jaya yang Terlibat Kecelakaan di Tulungagung Ditetapkan Sebagai Tersangka
“Misalnya saat buang air besar, tidak ada air untuk menyiram kotoran,” terang Kasi Survailens dan Imunisasi Dinkes Tulungagung Satrio Wibowo, Rabu (30/10/2019).
Selain itu karena keterbatasan air, perilaku cuci tangan setelah buang air besar dan sebelum makan jadi terabaikan.
Masyarakat benar-benar memanfaatkan air untuk konsumsi.
Berkaca pada tahun lalu, kemarau juga memicu pasien diare sebanyak 155 orang di Bulan Oktober 2018.
Sedangkan selama Januari-Oktober 2019, total pasien diare akut sejumlah 7.683 orang.
Angka kejadian tertinggi ada di Kecamatan Pagerwojo, sebanyak 919 pasien, disusul Kecamatan Kalidawir 807 pasien.
Dua daerah ini berada di wilayah pegunungan, yang selalu kekurangan air bersih setiap kemarau.
“Daerah perkotaan juga terpengaruh, karena debet air di saluran sanitasi juga berkurang drastis. Akibatnya konsentrasi kuman juga meningkat,” papar Satrio.
Hal ini bisa dilihat angka kejadian tertinggi ke-3 ada si Kecamatan Tulungagung sebanyak 729 pasien, disusul Kecamatan sumbergempol 712 pasien.
Sedangkan wilayah dengan angka kejadian terendah ada di Kecamatan Bandung, sebanyak 22 pasien.
Selain memperingatkan bahaya diare selama kemarau panjang, Satrio juga mengingatkan peningkatan angka keracunan makanan.
Selama tahun 2019 ini sudah terjadi empat kali lonjakan angka keracunan.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, pemicu keracunan ini sama dengan pemicu diare, yaitu bakteri salmonella dan escherichia coli (ecoli).
“Jadi kuman itu sudah mencemari makanan. Bisa saja kesulitan air membuat warga tidak lagi memperhatikan kebersihan sanitasi,” tutur Satrio.
Sementara Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Tulungagung, Didik Eka mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi lonjakan pasien diare akut ini baik lewat obat-obat untuk pengedali diare.
Di antaranya adalah oralit, tablet zink, obat anti diare dan anti biotik yang terkait dengan diare.
Didik meminta masyarakat Tulungagung untuk menghubungi fasilitas kesehatan terdekat, jika mengalami gejala diare.
“Untuk pertolongan pertama jangan lupa minum oralit. Oralit ini untuk mencegah pasien mengalami dehidrasi,” terangnya.
Didik juga mengingatkan masyarakat untuk tidak meninggalkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Sebab diare bisa dicegah dengan perilaku standar mencuci tangan dengan sabun selepas buang air besar, dan sebelum makan.