Delapan Orang di Blitar Tewas Akibat Demam Berdarah, 46 Orang Sudah Terserang
Bersiap sambut musim hujan, kamu wajib waspadai demam berdarah. Di Blitar, pada musim kemarau saja, jumlah penderita Demam Berdarah meningkat
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Bersiap menyambut musim hujan, kamu wajib mulai waspadai penyakit demam berdarah (DB).
Di Blitar, pada musim kemarau saja, jumlah penderita Demam Berdarah cenderung meningkat.
Di tahun 2018, jumlah penderita Demam Berdarah mencapai sekitar 554 orang.
Dari jumlah itu, yang meninggal dunia sekitar delapan orang, dengan usia rata-rata di bawah 25 tahun.
Di antaranya, korban meninggal dunia adalah warga Kecamatan Wates, Kecamatan Gandusari, Kecamatan Garum, Kecamatan Wonodadi, dan Kecamatan Sanankulon.
Mereka sampai meninggal dunia karena tak segera ditangani
Tahun ini, angkanya terbilang cenderung meningkat.
Hingga bulan Nopember 2019 ini, jumlah penderita DB sudah mencapai sekitar 734 orang.
Itu tersebar di delapan kecamatan, dari total 22 kecamatan.
Yang terbanyak penderitanya adalah di Kecamatan Wates dan Wonodadi, keduanya kecamatan pinggiran.
Mengapa di musim kemarau panjang jumlah penderita Demam Berdarah meningkat?
"Itu karena faktor kebersihannya belum terjaga, terutama jarang menguras bak mandi," ucap Krisna Yekti, Kabid Pencegahan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Blitar, Minggu (3/10/2019).
(Tren Demam Berdarah di Kabupaten Tuban selama Februari 2019 Mengalami Penurunan, Segini Jumlahnya)
"Mungkin saja, ya karena tak ada air, sehingga sayang membuang air di bak mandi," tambahnya.
Menurut Krisna, sudah ada delapan orang yang meninggal dunia akibat Demam Berdarah tahun 2019 ini di Blitar.
Para korban juga berusia produktif atau rata-rata usia 25 tahun. Yang jadi cacatan, para korban itu terlambat ditangani secara medis. Setelah parah, baru dibawa ke rumah sakit.