Wanita Ditabrak Kereta di Rel Wonokromo
Ternyata Wanita Surabaya yang Tewas Ditabrak Kereta Api di Perlintasan Wonokromo Seorang Tuna Rungu
"Dia mantan sekolah di SLB dekat situ, di bendul berisi, mantan atau pernah sekolah disitu, dia sudah tua," tutur Ipda Arie Pranoto.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Elma Gloria Stevani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Seorang wanita bernama Deasy Widiyanti tewas seketika setelah dihantam Kereta Api (KA) Mutiara Timur No 184 Banyuwangi-Surabaya di perlintasan KA Mayangkara, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya, Kamis (26/12/2019).
Sebelum tubuhnya dihempas kereta api (KA) Mutiara Timur, ada beberapa keanehan yang ditunjukkan wanita berusia 37 tahun tersebut.
Ya, Deasy Widiyanti seolah tidak menggubris kedatangan kereta api yang ditandai suara bising dari klakson dan lokomotif kereta.
Lantas apa yang terjadi pada Deasy Widiyanti?
• Libur Natal dan Tahun Baru 2020, Volume Penumpang di Stasiun Malang Melonjak
• KRONOLOGI Wanita Surabaya Tewas Ditabrak Kereta Api Mutiara Timur di Perlintasan Rel Wonokromo
Kanit Reskrim Polsek Wonokromo, Ipda Arie Pranoto akhirnya menjawab keanehan gelagat korban yang bernasib nahas itu.
Ipda Arie Pranoto mengungkapkan, korban merupakan seorang difabel yang mengalami kekurangan dalam aspek pendengaran atau Tuna Rungu.
"Intinya dugaannya tuna rungu, ini kami masih mengambil informasi dari pihak keluarga," kata Ipda Arie Pranoto saat dihubungi TribunJatim.com, Kamis (26/12/2019).
• Gelagat Aneh Wanita Ditabrak Kereta di Perlintasan Wonokromo, Diteriaki Petugas Pos Tapi Tak Dengar
• IDENTITAS Wanita Surabaya Ditabrak KA Mutiara Timur di Perlintasan Rel Wonokromo dan Terpental 5 m
Berdasarkan informasi yang telah dihimpun TribunJatim.com, Deasy Widiyanti dulu sempat mengenyam bangku sekolah luar biasa (SLB) di kawasan Bendul Merisi, Surabaya.
"Dia mantan sekolah di SLB dekat situ, di bendul berisi, mantan atau pernah sekolah disitu, dia sudah tua," tutur Ipda Arie Pranoto.
Tak pelak fakta tersebut menjawab beberapa keanehan yang sempat muncul dari beberapa saksi mata yang melihat korban meregang nyawa dihempas KA.
"Intinya korban jalan dari dalam wilayah pasar mau nyebrang ke rel KA mau ke jalan raya, saat bersamaan ada KA mau lewat ya diteriaki kan gak dengar," pungkas Ipda Arie Pranoto.
Diberitakan sebelumnya, petugas pos perlintasan KA Mayangkara, M Ridoi mengungkapkan kronologi tewasnya Deasy Widiyanti (37) yang ditabrak Kereta Api (KA) Mutiara Timur No 184 Banyuwangi-Surabaya di perlintasan KA Mayangkara, Wonokromo, Surabaya, Kamis (26/12/2019).
M Ridoi menjelaskan, Deasy Widiyanti berjalan di jalan setapak sisi timur rel KA dari arah RSAL Dr Ramlan sekitar pukul 15.00 WIB.
• Nama Sahat Simanjuntak Muncul Dalam Bursa Calon Ketua Golkar Jatim
• Wali Kota Risma Pastikan Bozem Underpass Mayjend Sungkono Dapat Meredam Banjir
Korban berjalan seorang diri dan hanya membawa sebuah tas cangklong bahu berwarna biru.
"Dia (Deasy Widiyanti) jalan dari arah RSAL, ke arah sini. Nah pas tikungan situ dia naik mau nyebrang," katanya saat ditemui TribunJatim.com di posnya, Kamis (26/12/2019).
Setibanya di rel KA yang menikung ke arah Stasiun Wonokromo, Deasy Widiyanti mendadak berjalan menyeberang rel KA.
Namun tak disangka dari arah selatan melaju sebuah KA Mutiara Timur No 184 Jurusan Banyuwangi-Surabaya.
"Pas posisi ditengah itu tidak ada kayak tertegun kaget, nyantai kayaknya. Saya teriak woy gitu. Dia melangkahkan kaki gitu aja di rel, langsung kena," jelasnya.
M Ridoi yang kala itu tengah membersihkan debu di gagang telpon pos jaganya sontak kaget melihat wanita itu.
• Atlet Surabaya Raih 25 Emas di Ajang Fornas 2019, Wali Kota Risma Beri Penghargaan
• Musim Hujan, Wali Kota Risma Ingatkan Orang Tua Awasi Anak, Jangan Bermain di Bantaran Tepi Sungai
Setelah melihat Deasy Widiyanti, M Ridoi berteriak berulang kali, namun tak digubris oleh korban.
"Ya itu saya terkejut dari sini, kok KA panjang, saya kan bersih bersih, setelah saya lihat posisi sudah ditengah," tutur pria asal Tanah Merah, Bangkalan, Madura itu.
Hingga M Ridoi melihat dengan mata kelapanya sendiri tubuh korban terpental sejauh lima meter, disertai suara 'Pletakkk'.
"Lihat sendiri saya suara 'Thakk' gitu keras, terpental," pungkasnya
Sementara, saksi mata dari warga setempat Ari Nuswandono (36) mengatakan, korban berjalan di rel KA seorang diri dan membawa barang bawaan sebuah tas gantung warna biru.
Seingat Ari, sebelum jenazah ditutupi menggunakan kain-kain percah, korban diketahui mengalami luka parah di bagian kepala.
"Sendirian dia datangnya, dia mau nyebrang terus ketabrak, cuma bawa tas," katanya pada TribunJatim.com di lokasi.
Saat ini jenazah telah dievakuasi menggunakan mobil ambulane ke kamar mayat RSUD Dr Soetomo Surabaya.
• Wali Kota Surabaya Risma: Tidak Usah Konvoi di Malam Tahun Baru 2020
• Hari Kesatuan Gerak PKK, Wali Kota Risma Ingatkan Warga Agar Lebih Peduli dan Saling Gotong Royong