Kemarahan Marinir TNI AL, 2 Prajurit Dihukum Mati, Ingin Serbu Singapura, Coba Lihat Reaksi Soeharto
Usman Janatin dan Harun Tohir yang dituduh meletakkan bom di MacDonald House (MDH), di kawasan Orchard Road, Singapura.
Penulis: Ignatia | Editor: Elma Gloria Stevani
Karena keduanya bertugas membela negara, saat jenazahnya dipulangkan ke Indonesia mereka mendapatkan penghormatan sebagai pahlawan.
Keduanya diberikan penghargaan tertinggi Bintang Sakit serta dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibatan, Jakarta Selatan.
Bahkan Pemerintah Indonesia yang memberi nama satu kapal perang baru buatan Inggris dengan sebutan KRI Usman-Harun.
Cerita dari dua prajurit KKO Sersan Harun Tohir dan Kopral Usman Janatin digantung pemerintah Singapura saat konfrontasi Dwikora tahun 1968, memang menyisakan luka bagi Korps Angkatan Laut Indonesia saat itu.
Suatu pagi, selepas subuh tanggal 17 Oktober 1968, keduanya dikeluarkan dari sel mereka.
• Kisah Kopassus Nyamar jadi Pengawal Presiden Filipina Demi Perintah Soeharto, Pakaiannya Tak Biasa
Dengan tangan terborgol dua prajurit ini dibawa ke tiang gantungan.
Tepat pukul 06.00 waktu setempat, keduanya tewas di tiang gantungan.
Presiden Soeharto langsung memberikan gelar pahlawan nasional untuk keduanya.
Sebuah Hercules diterbangkan untuk menjemput jenazah Usman dan Harun.
Pangkat mereka dinaikkan satu tingkat secara anumerta.
• Cerita 3 Jimat Soeharto Diungkap ke Prabowo Subianto Saat Jadi Mantu, Awalnya Dikira Dapat Ongkos
Mereka juga mendapat bintang sakti, penghargaan paling tinggi di republik ini.
Setelah tiba di Jakarta, hampir satu juta orang mengiringi jenazah mereka dari Kemayoran, Markas Hankam hingga Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Semuanya menangisi nasib dua prajurit ini dan mengutuk Singapura.
Pasukan KKO yang merasa paling kehilangan dua anggotanya.
"Jika diperintahkan KKO siap merebut Singapura," ujar Komandan KKO, Mayjen Mukiyat geram di depan jenazah anak buahnya.
