Nelayan di Pamekasan Ramai-ramai Parkir Perahunya, Cuaca Ekstrem Jadi Sebab Enggan Melaut
Nelayan di Pamekasan Ramai-ramai Parkir Perahunya, Cuaca Ekstrem Jadi Sebab Enggan Melaut.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Sudarma Adi
Nelayan di Pamekasan Ramai-ramai Parkir Perahunya, Cuaca Ekstrem Jadi Sebab Enggan Melaut
TRIBUNMADURA.CO, PAMEKASAN - Hampir sepekan cuaca di sejumlah wilayah Kabupaten Pamekasan, Madura tidak bersahabat.
Bahkan, hujan deras yang disertai angin kencang dan gelombang tinggi membuat nelayan di wilayah setempat enggan melaut.
Ali, Nelayan asal Desa Branta Pesisir Pamekasan mengatakan, sebagian warga setempat saat ini memilih tidak melaut.
Menurutnya, gelombang dan kondisi angin di laut tengah yang tidak menentu membuat para nelayan takut untuk melaut.
• Pegawai Lapas Narkotika Pamekasan Diduga Aniaya Anggota Grup Musik, Korban Malah Ditahan, Kenapa?
• Hujan Deras Bikin Pamekasan Banjir, Pagar Tembok Puskesmas Ambrol Hingga Pohon Tumbang
• 12 Jam Kecamatan Waru Pamekasan Diguyur Hujan Deras dan Angin Kencang, 5 Desa Longsor Ringan
”Terutama nelayan kecil ukuran 5 GT ke bawah. Sejak seminggu ini cuaca sudah tidak normal,” katanya kepada TribunJatim.com, Minggu (5/1/2020).
Ali juga mengutarakan, cuaca yang saat ini tidak stabil akan membahayakan nelayan ketika sampannya sudah sampai di tengah laut.
Menurutnya, angin kencang dan gelombang tinggi tersebut bisa mengancam keselamatan nelayan.
Karena itu, untuk sementara sebagian nelayan di wilayahnya lebih memilih untuk tidak melaut dan memarkir perahu.
”Para nelayan ketakutan untuk melaut. Meski ada yang memaksa melaut, hasil tangkapannya tidak banyak," ujarnya.
"Akibatnya, banyak nelayan yang rugi karena hasil tangkapan tidak sesuai dengan biaya,” sambung dia.
Selain itu, Ali mengungkapkan, saat ini para nelayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, ada yang memilih bekerja sampingan.
Banyak istri nelayan yang berjualan makanan ringan seperti rujak dan lain-lain.
Tidak hanya itu, kata Ali, sebagian nelayan juga ada yang menjual ikan asin.
”Sebagian ada yang menerima jasa nyilap. Yakni merendam ikan dengan air garam dan menjemur sampai kering. Biasanya ikannya didatangkan dari luar desa,” ungkapnya.
Sementara, Bahar, Warga Dusun Lebak Timur, Desa Tlontoraja, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan, selaku pemilik perahu mengaku sudah beberapa hari tidak melaut untuk menangkap ikan.
"Perahu kami beberapa hari ini sengaja tidak keluar untuk melaut menangkap ikan, mengingat gelombang ombak dan angin yang cukup kencang, bahkan salah satu perahu ada yang sampai mengalami kerusakan karena memaksakan melaut," katanya.
Selain itu, Bahar mengatakan, perahu miliknya terhitung mulai tanggal 30 Desember 2019 hingga sekarang tidak berani keluar untuk menangkap ikan.
"Kalau tidak salah sudah lima hari kami tidak berani keluar untuk menangkap ikan karena faktor cuaca di beberapa hari ini, dan saat ini yang bisa kami lakukan hanya memperbaiki bagian perahu kami yang rusak dan memperbaiki jaring, sekalian menunggu info resmi dari pihak terkait utamanya mengenai kondisi cuaca di daerah kami," terangnya.
Sedangkan berdasarkan informasi yang dirilis BPBD Pamekasan dari BMKG Juanda Surabaya memprakirakan dalam sepekan ke depan akan terjadi potensi cuaca ekstrem, curah hujan dengan intensitas lebat yang disertai petir dan angin kencang.
Hal tersebut berpotensi terjadi di beberapa wilayah salah satunya di Kabupaten Pamekasan.
Kendati adanya prakiraan cuaca itu, masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
Adapun prakiraan tersebut berdasarkan adanya pola tekanan rendah di Samudra Hindia selatan wilayah Nusa Tenggara, yang menyebabkan terbentuknya pola pertemuan angin atau konvergensi di sepanjang wilayah Jawa Timur.
Dari analisa MJO mulai menguat yang mengindikasikan suplay uap air meningkat.
Selain itu saat ini wilayah Jawa Timur juga sudah mendekati puncak musim hujan.