Tak Kunjung Surut, Banjir di Tanggulangin Sidoarjo Malah Semakin Parah
Sudah lebih dari satu bulan banjir menggenangi Desa Banjarasri dan Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
Penulis: M Taufik | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Sudah lebih dari satu bulan banjir menggenangi Desa Banjarasri dan Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
Tak kunjung surut, banjir yang menggenang di sana malah semakin parah, Minggu (16/2/2020).
"Setelah hujan mengguyur deras pada Sabtu kemarin, airnya semakin tinggi. Entah sampai kapan kondisi seperti ini terus terjadi," keluh sejumlah warga kepada Tribunjatim.com.
Area yang tergenang juga semakin luas. Warga pun memasang kayu dan batu di jalan, agar kendaraan tidak melintasi genangan. Atau setidaknya agar berjalan pelan.
"Kemarin sepeda motor masih bisa melintas di sini. Sekarang sudah tidak bisa. Airnya semakin tinggi," kata Saiful, warga setempat sambil menunjuk jalan di RT 4 RW 1 Banjarasri.
• Kunjungi Lokasi Banjir, Bacabup Sidoarjo Bambang Haryo Disambati Warga
• Muhammad Yusuf Resmi Terpilih Jadi Ketua di Musda VIII KKSS Kota Surabaya
• Pohon Asam Keramat Berusia 200 Tahun di Pamekasan Roboh Misterius, Warga Berdoa Bukan Pertanda Buruk
Disebutnya, beberapa pengendara motor yang memaksa menerjang banjir malah harus menuntun kendaraannya. Karena mogok saat melunasi genangan.
Kondisi serupa terjadi di Kedungbanteng. Rumah-rumah warga yang sebelumnya tidak kemasukan air, sekarang ikut terendam banjir.
"Awaknya air hanya di teras. Tapi setelah hujan deras kemarin, sekarang air sudah masuk ke dalam rumah," kata Anas, warga setempat kepada Tribunjatim.com.
Dua sekolahan di sana juga masih memprihatinkan. SDN Banjarasri tetap tergenang, bahkan air semakin tinggi di sekolahan itu.
"Air sudah membanjiri semua ruangan sekolah. Genangan semakin tinggi setelah hujan deras mengguyur," kata Nugraha, warga sekitar.
Kondisi SMPN2 Tanggulangin di Desa Kedungbanteng juga kembali memprihatinkan. Sebanyak 14 ruang kelas kebanjiran, halaman sudah sebulan lebih kondisinya seperti kolam.
Beberapa waktu lalu, sempat dikerahkan mobil PMK untuk menyedot air yang menggenangi sekolahan ini. Memang sempat surut, tapi banjir kembali melanda begitu hujan deras tiba.
Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Sidoarjo Bambang Tjatur mengatakan banjir di dua desa ini karena alih fungsi lahan dan curah hujan yang tinggi.
Sungai juga sudah tidak bisa maksimal menampung air karena terjadi pendangkalan dan penyempitan.
Selain itu, menurutnya, ada juga pengaruh air pasang. "Karena dua desa ini termasuk daerah hilir. Elevasinya memang mengikuti pasang surut," ujar Bambang.
Hingga Minggu sore, tercatat air menggenang di Kedungbanteng dengan ketinggian sekira 30-45 centimeter. Sementara di Banjarasri, ketinggian air juga hampir sama di kisaran 40 centimeter.
Di Desa Pesawahan, Kecamatan Porong air menggenang dengan ketinggian sekira 5 – 15 centimeter. Sedangkan di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, kedalaman banjir rata-rata sekira 5 centimeter.
Hujan deras yang mengguyur pada Sabtu kemarin juga sempat merendam jalan Raya Porong. Jalur sisi barat atau arah Porong menuju Sidoarjo sempat ditutup total.
Untungnya air tidak terlalu tinggi, sehingga dalam waktu beberapa jam bisa diatasi setelah pompa air yang ada di sana dikerahkan. Tak sampai sehari semalam, jalan di samping tanggul lumpur Lapindo itu sudah kering.(ufi/Tribunjatim.com)