Wabah Corona Pasti Berakhir? Menilik 5 Wabah Terparah di Dunia yang Pernah Terjadi, Kuncinya Vaksin
Corona menjadi wabah yang sedang dibasmi oleh seluruh dunia, umat manusia sudah pernah hadapi wabah mengerikan sejak dahulu kala, berikut daftarnya!
TRIBUNJATIM.COM – Kapan sebenarnya wabah Corona yang menyerang dunia akan berakhir?
Masyarakat dunia sebenarnya sudah beberapa kali menerima wabah yang pernah menyerang dunia.
Ada kurang lebih 5 wabah lain yang diketahui memiliki dampak terparah juga bagi dunia.
Tetapi, meski kerap kali menerima pandemi global itu, umat manusia sebenarnya benar-benar bisa melewatinya.
Masih ingatkah anda dengan wabah-wabah tersebut?
• Bocor Kondisi Terbaru Lucinta Luna di Penjara, Aktif di 2 Kegiatan, Abash Kekasihnya Kangen Berat

Saat peradaban manusia berkembang, begitu pula dengan penyakit menular.
Banyaknya jumlah manusia yang hidup berdekatan dengan sesamanya dan juga hewan, menyediakan ruang bagi penyakit untuk berkembangbiak.
Dan dengan semakin cepatnya mobilisasi antarmanusia, maka dengan mudah juga infeksi tersebar hingga akhirnya menyebabkan pandemi.
• Sejoli Nekat Berhubungan Badan di Taman Saat Lockdown, Diteriaki dan Direkam Tetangga Akhirnya Viral
Sebelum COVID-19, dunia juga pernah mengalami beberapa pandemi. Berikut lima wabah terparah dan bagaimana mereka akhirnya berakhir.
Tiga dari pandemi mematikan yang tercatat dalam sejarah, disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, organisme yang menyebabkan penyakit pes dan disebarkan melalui tikus.
Infeksi fatalnya kemudian menyebabkan wabah di dunia.
Disebut sebagai wabah Justinian, ia pertama kali muncul di Konstatinopel, ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, pada 541 CE, dan kemudian menyebar seperti api melintasi Eropa, Asia, Afrika Utara dan Arab.
• Asteroid Dekati Bumi Pertengahan Ramadan Tahun 2020, Objek Berpotensi Bahaya? Catat Detail Waktunya
Wabah ini menewaskan 30-50 juta orang yang diperkirakan hampir setengah dari populasi dunia kala itu.
"Orang-orang tidak mengetahui bagaimana cara melawannya kecuali menghindari mereka yang sakit," kata Thomas Mockaitis, profesor sejarah dari DePaul University.