Virus Corona
Nasib Pilu PSK Colombia saat Lockdown, Diam-diam Datangi Klien & Jual Permen, Kritis: Bisa Apa
Nasib PSK di Colombia yang harus berjuang bertahan hidup di tengah situasi wabah virus Corona. Mereka lakukan ini agar tak mati kelaparan.
Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Inilah nasib pilu pekerja seks komersial di Colombia yang juga berjuang bertahan hidup di tengah situasi wabah Covid-19, alias cara PSK bertahan hidup di tengah virus Corona .
Mereka mengaku berada dalam situasi kritis, kelaparan, dan terancam diusir karena tak bisa membayar uang sewa tempat tinggalnya.
Alhasil, mereka harus tetap melakukan sesuatu agar tak mati kelaparan.
Namun, jauh lebih berbahaya jika mereka 'menjual diri' di tengah pandemi Corona Covid-19. Mereka bisa saja terinfeksi.
Para PSK tersebut selama lockdown demi menyambung hidup, ada yang mendatangi klien secara diam-diam, dan ada pula yang berjualan permen.
• Skandal Suami Hamili Ibu Mertua, Akhiri Rumah Tangga Hanya Dalam 2 Bulan
• Nikita Mirzani Syok Berat Tahu Sebab Putus Lesty-Rizki soal Nikah, Gosip & Cerita Baru Lesty Muncul
Dikutip dari Kompas.com ( TribunJatim.com Network ), Ana Maria misalnya, dia melanggar aturan karantina dengan melakukan "kunjungan ke rumah (klien)" sementara Estefania meninggalkan rumah untuk menjual permen dan obat-obatan.
Sebelum terjadi wabah virus Corona, mereka biasa bekerja di jalan, atau di rumah-rumah bordir di mana negara mereka melegalkan pekerja seks komersial ( PSK ).

Kini, dengan situasi karantina, tempat-tempat bekerja itu dilarang. PSK di Colombia berjuang untuk menghidupi diri mereka.
Risiko denda dan penjara membayangi mereka setiap melakukan pelanggaran aturan lockdown.
Namun, jauh lebih berbahaya jika mereka 'menjual diri' di tengah pandem Covid-19.. Mereka bisa saja terinfeksi.
Di Colombia, hampir 3.500 orang terinfeksi dan sebanyak 150 orang dinyatakan tewas akibat virus Corona.
Kepada media Perancis AFP, Ana Maria menuturkan kisahnya. "Di tengah masa karantina, saya harus pergi untuk bekerja (mendatangi klien)."
Dia menambahkan, "Saya bisa apa lagi? Saya tidak bisa mati kelaparan."
Ana berusia 46 tahun, berasal dari Facatativa, sebuah kota yang jaraknya 40 kilometer dari Ibukota Bogota.
Persediaan gas, buah dan sayur di dapurnya kian menipis. Dia harus bekerja. Ana naik taksi ke rumah kliennya hanya untuk menghasilkan 10 dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 154.000 saja.