Berita Viral
Curhat 'Ngenes' Dokter Emilia Nissa Mulai Menyerah, Orang-orang Abaikan Covid-19: Beban yang Berat
Seorang dokter bernama Emilia Nissa Khairani mencurhatkan soal kondisi para dokter yang menangani pasien virus Corona dan viral di media sosial.
Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Januar
TRIBUNJATIM.COM - Inilah curahan hati seorang dokter bernama Emilia Nissa Khairani.
Dokter Emilia Nissa menuliskan curhatan 'ngenes' karena sikap masyarakat yang abai tentang virus Corona Covid-19.
Curhatan pilu dokter Emilia juga menyinggung soal ketidakpedulian masyarakat yang malah memprioritaskan beli baju lebaran.
Ia juga menyayangkan sikap orang-orang yang membeli menu berbuka puasa tanpa masker.
Padahal, aturan PSBB masih diberlakukan, namun mereka seolah acuh dengan aturan tersebut.

Seperti diketahui, wabah virus Corona sudah merenggut banyak korban jiwa. Tidak terkecuali para dokter dan petugas medis.
Baru-baru seorang perawat di RS Royal Surabaya Ari Puspitasari yang sedang hamil 4 bulan meninggal akibat Covid-19.
Melihat hal ini tentu membuat sebagian orang menjadi sedih. Namun ada juga yang tak peduli. Lihat saja bagaimana pasar dan sebagian mal yang nekat buka menjelang Lebaran.
Bahkan trending juga #TerserahIndonesia yang digaungkan para dokter.
Bukan karena mereka menyerah merawat pasien Covid-19, namun mereka sudah tak peduli dengan masyarakat yang tidak mau mengikuti aturan PSBB.
• Postingan Pertama Suami Perawat Ari Puspita, Sorot Info Tak Benar, Fakta Kondisi Istri Dikuak: Buruk
• BREAKING NEWS: Perawat RSUD Soewandhie Meninggal, Terkonfirmasi Covid-19, Banjir Tangis dan Hormat
Seorang dokter bernama Emilia Nissa Khairani mencurhatkan isi hati soal kondisi ini.
Curhatan dokter yang juga anggota IDI Padang, Sumatera Utara menjadi viral lantaran dibagikan ke banyak media sosial.
Berikut curhatannya dikutip Wartakotalive.com (grup TribunJatim.com ) dari akun Facebook dan Instagram.
Sudah hampir 2 bulan saya dan suami tidak sekamar dengan anak2, dan memakai masker sepanjang hari saat interaksi dengan anggota seisi rumah.
Selama itu pula saya tidak mencium mereka. Sementara mereka setiap saat membuka pintu kamar saya dan berharap dipeluk dan dicium Umi dan Abi.