PSBB Jawa Timur
Pakar Komunikasi Unair Sebut Kerja Keras PSBB di Lapangan Sia-sia, 'Pemerintah Jangan Malu Perbaiki'
Pakar Komunikasi Unair kritisi PSBB, pemerintah cenderung sibuk dengan problem administratif, dan berselebrasi, 'tak perlu malu memperbaiki'.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Perkembangan laju penambahan kasus virus Corona ( Covid-19 ) sungguh memprihatinkan.
Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan protokol kesehatan selama ini berlangsung tidak efektif.
Tidak disiplinnya masyarakat dan longgarnya aturan menunjukkan kelemahan ikhtiar pencegahan Covid-19.
• Syahrini Bangga Bingkisan Lebaran dari Mertua, Kado Ibu Reino Sampai Dibawa Kereta Khusus: Lovely
• Jawaban Tante Ernie Diminta Pilih Hotman atau Ariel Noah, Feni Rose Geli Alasannya, Bener Banget
"Selama ini, para petugas lapangan mulai dari polisi, satpol, relawan dan lainnya telah bekerja keras menghadapi masyarakat dengan situasi sosial yang rumit. Bahkan tenaga medis telah habis-habisan bertarung menangangani pasien,"ungkap Pakar Komunikasi Unair, Dr Suko Widodo.
Tetapi semuanya menjadi sia-sia, apa yang petugas lapangan dan petugas medis lakukan, jika kebijakan PSBB dan protokol kesehatan tidak dijalankan secara komprehensif.
Hal ini terjadi karena selama ini kebijakan penanganan kurang memperhatikan prinsip sains atau ilmu pengetahuan.
• Sinopsis The World of the Married Episode 10 Tayang Jumat (22/5/2020) Live Streaming di Trans TV
• Pupuk Urea untuk Musim Tanam Padi Kedua di Sampang Dipastikan Cukup, Disperta: Ada 14 Ton
Bukan saja ilmu kesehatan, tetapi juga ilmu pengetahuan lainnya seperti ismu sosial, ilmu hukum, psikologi dan lain-lain.
"Pendek kata, kebijakan ini kurang menyertakan dasar ilmiah yang memadai. Kalangan sains dan ilmuwan tidak dilibatkan secara penuh,"urainya.
Demikian juga, aktivis sosial yang punya pengalaman dalam menangani problem sosial tidak dilibatkan.
• BERITA TERPOPULER SELEB: Adik Via Vallen Positif Corona & Julukan Irwan Mussry dari Al Ghazali
Menurut Suko, pemerintah cenderung sibuk dengan problem administratif, dan berselebrasi.
Kebingungan mencari “permisif” dan mencari pembenaran secara sepihak.
"Semua harus belajar dan mengevaluasi bersama atas ketidak-efektifan penerapan kebijakan PSBB di berbagai daerah dan penerapan protokol kesehatan. Tidak perlu malu untuk memperbaiki,"lanjutnya.
Pasalnya jika mengingibkan kondisi cepat membaik, kalangan politisi mestinya juga diminta memberi masukan berdasarkan aspirasi masyarakat.
"Jika pendekatan penanganan PSBB dan protokol kesehatan ini tak segera dirubah, maka bisa diperkirakan hasilnya tak maksimal,"pungkasnya.
Penulis: Sulvi Sofiana
Editor: Heftys Suud