Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Eks Kontributor Majalah Playboy Indonesia Jadi Dirut TVRI, Hidayat Nur Wahid: Sayang Sekali

Keputusan Dewan Pengawas (Dewas) TVRI memilih Iman Brotoseno sebagai Direktur Utama TVRI mendapat kritik dari Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.

Penulis: Taufiqur Rohman | Editor: Sudarma Adi
Facebook
TVRI 

TRIBUNJATIM.COM - Keputusan Dewan Pengawas (Dewas) TVRI memilih Iman Brotoseno sebagai Direktur Utama TVRI mendapat kritik dari Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW).

HNW menilai Iman tidak memiliki pengalaman sukses mengatasi masalah seperti yang terjadi di TVRI, sebagaimana yang diharapkan oleh Dewas TVRI.

Selain itu rekam jejak Iman yang pernah menjadi kontributor Majalah Dewasa Playboy Indonesia turut dipersoalkan.

"Dewas harus menjelaskan hal tersebut secara gamblang, bahkan perlu segera merevisi keputusannya. Kok bisa rekam jejak komprehensif calon Dirut bisa luput dari perhatian dalam proses pemilihan Dirut TVRI, jabatan publik yang sangat strategis dan dibiayai oleh APBN," ujar HNW, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (31/5/2020).

HNW menilai Dewas TVRI tidak melihat dan mempertimbangkan aturan Perundangan terkait etika kehidupan berbangsa dan bernegara seperti TAP MPR No VI/2001.

Tanggapi Rencana Pemerintah Terapkan New Normal di Tengah Pandemi Covid-19, Bupati Tuban: Kita Siap

Dalam TAP tersebut salah satu poin yang perlu digarisbawahi terkait dengan pentingnya etika sosial dan budaya.

Yaitu dengan 'perlu menumbuhkembangkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa'.

"Disayangkan sekali, rekam jejak calon Dirut TVRI yang baru sebagai eks kontributor Majalah Playboy Indonesia tidak menggambarkan hal itu. Apalagi, terkait majalah tersebut, dari pemimpin redaksi hingga beberapa modelnya pernah diproses secara hukum, berkaitan dengan delik kesusilaan," kata dia.

Anggota Komisi VIII DPR itu juga menegaskan rekam jejak Iman tak sesuai dengan budaya beragama di Indonesia.

Hal tersebut justru akan membuat gaduh dan resah di tengah masyarakat yang sedang terkena status darurat kesehatan nasional Covid-19.

Menurut HNW, masih banyak kalangan profesional dengan track record lebih baik, yang bisa membuat kebijakan tayangan TVRI yang positif, konstruktif dan edukatif sesuai TAP MPR soal ethika kehidupan berbangsa dan bernegara itu.

"Kenapa bukan itu orientasi keputusan Dewas TVRI? Padahal kalau itu yang jadi kebijakan Dewas TVRI, tentu akan didukung oleh masyarakat dan membantu menyelesaikan masalah di TVRI," jelasnya.

Polres Pasuruan Kembali Bagikan Paket Sembako, Para Pelaku hingga Pegawai Tempat Wisata Jadi Sasaran

Di sisi lain, dia menyinggung Dewas TVRI yang tidak menghormati dan tidak melaksanakan rekomendasi Komisi I DPR untuk menunda pemilihan Dirut TVRI yang baru sebagai pengganti antar waktu.

Pun demikian, pengangkatan Dirut TVRI ini juga dianggap tidak menghormati proses hukum gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang dilayangkan atas pemberhentian Helmy Yahya sebagai Dirut TVRI oleh Dewas TVRI.

"Dewas seharusnya juga menghormati proses hukum yang sedang berlangsung itu. Minimal sampai ada putusan berkekuatan tetap dari pengadilan," kata HNW.

Di era ‘new normal’ akan menjadi abnormal bila kebijakan-kebijakan yang dihadirkan justru tak mengindahkan faktor moral, legal dan tanggung jawab sosial. Kaedah yang harusnya dilaksanakan misalnya dalam ‘keputusan’ Dewas soal pengangkatan dirut TVRI itu," tandasnya.

Seperti diketahui, Direktur Utama TVRI kini telah dijabat oleh Iman Brotoseno.

Rekam jejak Iman Brotoseno yang menggantikan Helmy Yahya sebagai Dirut TVRI saat ini dipersoalkan sebagian kalangan lantaran pernah menjadi kontributor majalah Playboy Indonesia.

102 Kabupaten Kota di Indonesia yang Masuk Zona Hijau Covid-19, dari Aceh, Sumatera hingga Papua

Tak Permasalahkan Masa Lalu

Dalam proses penunjukan sebagai Dirut TVRI tersebut, Ketua Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Arief Hidayat Thamrin menyatakan tidak mempermasalahkan masa lalu Iman Brotoseno.

"Kita sudah dapat komitmen juga dari pak Iman bahwa beliau akan berubah untuk ke depan sebagai pejabat publik," ujar Arief Hidayat Thamrin dilansir dari Tribunnews.com.

Menurut Arief Hidayat Thamrin, setiap orang memiliki masa lalu dan jika yang bersangkutan telah menyatakan komitmen berubah, maka tidak perlu lagi dipersoalkan.

"Jadi menurut saya sudah case closed, bahwa masa lalu sudah tutup buku, buka buku baru, dan beliau akan sesuai etika jabatan serta amanahnya yang baru," kata Arief Hidayat Thamrin.

Arief Hidayat Thamrin pun menegaskan proses penunjukan Iman telah sesuai dengan aturan yang berlaku, tanpa ada yang ditutup-tutupi.

"Dewan Pengawas TVRI sudah memilih dalam proses sesuai aturan dan perundang-undangan, sudah ada uji kepatutan dan kelayakan," kata Arief Hidayat Thamrin.

Iman menjelaskan, dirinya berlatar belakang seorang pekerja seni, sutradara film, penulis, dan fotografer, dengan mengangkat berbagai topik.

VIRAL TERPOPULER: Foto Tanpa Busana Cewek Banyumas hingga Kisah Warga Jual Paket Bantuan 

Mulai dari sejarah, kebangsaan, politik, budaya, agama, dan isu-isu aktual.

Pada 2006 hingga 2008, kata Iman, dirinya menjadi kontributor foto dan artikel tentang penyelaman di berbagai majalah, termasuk majalah Playboy Indonesia yang pernah memuat karyanya hanya satu kali.

"Pernah dimuat hanya satu kali, di majalah Playboy Indonesia, edisi September 2006 dengan judul Menyelam di Pulau Banda. Tulisan ini fokus mengulas wisata bahari dan sama sekali tidak ada unsur pornografi," kata Iman sebagaimana dikutip dari Tribbunnews.com.

Majalah tersebut, kata Iman, sangat berbeda dengan versi di luar negeri, di mana banyak penulis juga mengisi majalah tersebut dan ada tokoh nasional juga yang diwawancara di Playboy Indonesia.

"Tentunya hal ini tidak menghilangkan integritas penulis dan tokoh yang bersangkutan, karena substansinya tidak terkait pornografi," papar Iman.

"Sesudah pelantikan menjadi Direktur Utama TVRI, saya menyatakan, dalam era digital sekarang, kita semua punya rekam jejak digital dan peristiwa masa lalu," sambung Iman.

Iman mengaku, sejak awal dirinya tidak pernah kepada publik, dimana semua bisa dilihat dalam jejak digital dan tidak ada kasus pelanggaran hukum dimasa lalu.

Adanya percakapan di media sosial pada masa lalu yang dianggap tidak layak, Iman menyebut saat itu menggunakan bahasa gurauan yang memang dapat dianggap orang lain sebagai hal serius.

"Setiap orang memiliki rekam jejak masa lalu, termasuk bagaimana percakapan di media sosial. Apapun itu, setiap orang tentu memiliki masa lalu, termasuk kesalahan yang dilakukan tanpa sengaja," papar Iman.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Hidayat Nur Wahid Kritik Dewas yang Pilih Eks Kontributor Playboy Jadi Dirut TVRI"

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved