Virus Corona di Gresik
Pilunya Keluarga Dokter Gresik yang Gugur Lawan Covid-19 Kenang Ini, Kini Hanya Pegang Gaji Terakhir
Keluarga dokter Covid-19 di Gresik yang meninggal dunia hanya andalkan gaji terakhir. Pilu kenang cita-cita almarhum, ingin anaknya jadi dokter semua.
Penulis: Willy Abraham | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Lebih dari sepekan kepergian dr Hilmi Wahyudi akibat penyakit bawaan.
sang dokter gugur setelah menahan sakit demi merawat pasien virus Corona ( Covid-19 ).
Kinii, keluarga korban hanya mengandalkan gaji terakhir almarhum untuk bertahan hidup.
Istri dr Hilmi Wahyudi, Dewi Anggrahami (37) mengaku hingga saat ini berusaha legawa atas kepergian suaminya itu pada Jumat (29/5/2020).
• Tangis Rafathar Pecah Saat Mbak Lala Ditawari Baim Jadi Pengasuh Kiano: Aa Belum Bisa Mandi Sendiri
• Akal Bulus Wanita Nyamar Perwira TNI, Arif Dibekuk Pasca Sukses Modusi Wanita, Raup Puluhan Juta
Suaminya menghembuskan nafas terakhir akibat penyakit bawaan gagal ginjal dan diabetes dan baru dimakamkan pada Sabtu (30/5/2020) pukul 01.30 Wib.
Dewi mengaku harus berputar otak untuk membesarkan keempat buah hatinya itu. Selama ini, hanya almarhum yang bekerja untuk mencari nafkah.
"Saat ini saya hanya bisa memakai uang gaji terakhir suami saya tanggal 5 Juni kemarin," kata Dewi, kepada Surya, Senin (8/6/2020).
• Pedagang Pasar Kapasan Siap Resiko Damai dengan Covid-19, Dukung Wali Kota Risma Akhiri PSBB
• Mulai Hari Ini, KAI Perbolehkan Masyarakat Umum Naik KLB, Ini Syarat Wajib Bagi Penumpang
Dikatakannya, dia belum tahu apakah ada insentif bagi suaminya yang merupakan tenaga medis garda terdepan yang meninggal selama pandemi Covid-19.
Sejak Maret lalu, suaminya sudah berjibaku menyembuhkan pasien terpapar Covid-19 di rumah sakit Mabarrot MWC NU yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Gresik.
Padahal kondisi fisiknya sudah melemah akibat gagal ginjal dan diabetes.
• Azriel Kecewa Krisdayanti Diam Saja Lihat Sikap Raul Lemos di Telepon: Biar Kita Semua Malu Sekalian
"Belum ada informasi apapun tentang insentif. Belum ada informasi apapun dari pihak rumah sakit atau apa," ucapnya.
Dewi mengaku almarhum yang telah menemaninya selama 18 tahun itu meninggalkan empat orang anak yang masih sekolah.
Anak pertama Richard masih 16 tahun sekolah kelas satu SMA. Kemudian adiknya masih kelas satu SMP dan ketiga dan keempat anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Pesan terakhir suaminya masih kuat diingatannya. Hari Raya Idul Fitri 1441 H kemarin menjadi hari raya terakhirnya dengan kondisi suaminya sudah drop tidak kuat lagi berjalan.
Cita-cita yang belum tersampaikan oleh almarhum suaminya itu adalah menyekolahkan keempat anaknya hingga ke jenjang yang paling tinggi.
"Mas Hilmi ingin anak-anaknya menjadi dokter semua," kata ibu rumah tangga ini.
Aktivitas sehari-harinya berubah total, keempat anaknya kehilangan sosok lelaki tangguh. Dia harus memulai hari tanpa keberadaan suami.
Dewi mengaku masih mencari cara bagaimana harus memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Saat ini masih ada tabungan, mungkin mau usaha," terangnya.
Wajah anaknya, Richard sudah mulai ceria.
Pasalnya remaja 16 tahun itu menjadi saksi saat ayahnya mengalami sakaratul maut di RSUD Ibnu Sina.
Hingga hari kesepuluh kepergian ayahnya, Richard mengaku bangga dengan ayahnya itu yang rela mengorbankan diri untuk menyembuhkan para pasiennya.
"Bangga sama papa, menahan sakit demi para pasiennya agar menyembuhkan orang lain," pungkasnya.
Penulis: Willy Abraham
Editor: Heftys Suud