Bagaimana Menjadi PR Ideal yang Mampu Relevan Lintasi Setiap Zaman
Menjadi seorang Public Relations (PR) yang ideal, dirasa perlu memiliki semangat juang yang kuat, agar tetap relevan melintasi setiap zaman.
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Menjadi seorang Public Relations (PR) yang ideal, dirasa perlu memiliki semangat juang yang kuat, agar tetap relevan melintasi setiap zaman.
Dalam dialog interaktif Mas Asmono Wikan selaku Founder dan Chairman Mas Asmono Wikan (MAW) Talk dengan Ika Sastrosoebroto selaku CEO Prominent PR yang digelar secara live, melalui zoom, Jumat (19/6), terungkap bagaimana sebenarnya PR yang ideal.
Menurut Ika, kendati diakuinya tidak mudah mencari PR yang ideal di sini.
"Tetapi setidaknya, kita berusaha menjadi PR yang relevan di setiap lintasan zaman dan generasi,” jelasnya.
Ideal adalah mereka yang berkarakter kuat seperti memiliki sifat jujur, mau berjuang, dan pembelajar Selain itu, ia perlu memiliki kompetensi yang memadai serta jaringan yang cukup luas.
Sifat pejuang ditujukan kepada pemilik semangat juang (fighting spirit) yang tidak mudah menyerah apalagi “lembek.” Di zaman yang semakin sulit ini, figur-figur yang berkarakter kuat sangat dibutuhkan di dunia PR.
Sedangkan soal kompetensi memang penting, tetapi bisa dipelajari. Tentang jaringan sosial, diperoleh dari banyaknya forum yang bisa menjadikan kita mempunyai relasi luas, semacam Linked-in.
Sebagai PR, Bekerja dengan Mendengar
Menurut Ika, pekerjaannya sebagai konsultan PR menjadikan ia melihat pekerjaan tersebut seperti “sebuah permainan” yang cukup menantang untuk mencapai goal (tujuan hasil akhir), sehingga tetap perlu berjuang yang dilakukan penuh rasa tanggung jawab.
“Dengan menganggap bekerja seperti “games,” tidak akan merasa lelah, tetap asyik, namun perlu perjuangan dan tanggung jawab,” katanya.
Itu sebabnya menjadi seorang PR akan lebih banyak mendengar dibanding berbicara, supaya bisa tahu berbagai hal yang terjadi di masyarakat sambil mencari solusinya. Perlu juga mengetahui update teknologi, karena mereka membantu menyelesaikan berbagai keterbatasan manusia.
Salah satu tips yang Ika bagikan dalam kesempatan talk show adalah bagaimana tetap relevan melintasi perlintasan zaman, dengan meng’NOL’kan pikiran kita, agar dapat memahami hal-hal baru. Sebab kalau diibaratkan dengan gelas, apabila gelasnya sudah setengah terisi, akan sulit juga menerima isi gelas secara penuh.
Setelah lebih banyak mendengar, berikutnya masuk tahapan komunikasi, karena berkomunikasi bukan hanya menyampaikan pesan tapi harus meyakinkan orang melakukan apa yang kita inginkan sepresisi mungkin dalam jumlah (volume), kecepatan (velocity), ragam (variety), ketepatan (veracity), dinamika (variability) sehingga menghasilkan nilai (value).
Bicara tentang life communication sebenarnya menjadi keahlian praktis yakni bagaimana para praktisi komunikasi melakukan praktek komunikasi dengan semua unsur masyarakat. Sebagai pembelajaran kehidupan, di sini maknanya erat dengan komunikasi kehidupan, karena banyak yang pandai dalam strategi, namun tidak cakap dalam bersosialisasi, kerap terjadi mis-understanding.
Komunikasi teknis menjadi kemampuan penting membangkitkan imajinasi dan menguatkan empati sebagai keunggulan manusia. Keunggulan tidak tergantikan yang membuat manusia menyesuaikan diri dan mampu hidup dengan perubahan baru dalam konteks “new normal.”