UB Kukuhkan Dua Profesor Baru, Energi Surya dan Bayu Belum Termanfaatkan Maksima
Universitas Brawijaya (UB) Malang mengukuhkan dua profesor baru yaitu Prof Dr Ir Agus Suryanto MS dan Prof Ir Hadi Suyono ST MT PhD IPU, Rabu (22/7/20
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Universitas Brawijaya (UB) Malang mengukuhkan dua profesor baru yaitu Prof Dr Ir Agus Suryanto MS dan Prof Ir Hadi Suyono ST MT PhD IPU, Rabu (22/7/2020) di gedung Widyaloka. Prof Agus dari Fakultas Pertanian.
Ia profesor di bidang Ilmu Ekologi Tanaman. Sedang Prof Hadi dari Fakultas Teknik (FT). Ia sebagai profesor di bidang Ilmu Rekayasa Sistem Daya dan Kecerdasan Buatan.
Judul pidato Hadi di pengukuhan adalah "Strategi Perfeoatan Integrasi Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan Pada Sistem Tenaga Listrik Di Indonesia".
Dikatakan, kebutuhan energi listrik di Indonesia setiap tahun ada peningkatan. Tumpuan energi listrik masih disuplai dengan pembangkit yang memakai bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam.
"Dampaknya di gas emisi. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan, pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan perlu dikembangkan," kata Hadi.
Seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/angin).
• Pedagang Hewan Kurban Di Surabaya Ini Terkejut, Pelanggan Beli Kambing Pakai Uang Koin
• Pria Banyuwangi Tebus Yamaha All New NMAX Pakai Koin Hasil Menabung Tahunan, Idaman Sejak Dulu
• Diperiksa 5 Jam, Boy William Dicecar 30 Pertanyaan Kasus Carding, Ungkap Perkenalannya dengan Pelaku
"Di Sindrap, Sulawesi, PLTB sudah dimanfaatkan masyarakat. Ini sebagai salah satu contoh peluang," jelas profesor kelahiran 20 Mei 1973 ini," jelasnya.
Jika ini diterapkan di setiap dinas atau lembaga pemerintah dengan membangun PLTS dan PLTB, maka akan luar biasa. Alatnya cukup diletakkan di bagian datar gedung teratas. Maka akan luar biasa karena bisa memasok kebutuhan energi.
"Jika diterapkan di rumah tangga yang sadar lingkungan juga bisa. Misalkan bisa memasok separuh kebutuhan listrik," papar Kajur Teknik Elektro FT UB ini. Dikatakan, jika ini diterapkan secara masif meski kecil akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan.
Namun jika ini menjadi masif, PLN sebagai satu-satunya penjual energi listrik di Indonesia juga harus siap untuk itu. Dimana diperlukan regulasi yang mengatur secara detil teknisnya. Sedang Prof Agus Suryanto menyampaikan pidato ilmiah pengukuhan profesor berjudul:
“Strategi Peningkatan Efisiensi Konversi Energi Matahari pada Sistem Produksi Pertanian melalui Pengelolaan Pola Tanam”.
Indonesia sebagai negara agraris, kaya akan cahaya matahari. Dikatakan, produksi tanaman pertanian harusnya tidak semata-mata mengandalkan input sarana produksi buatan seperti pupuk kimia. Tapi seharusnya lebih memanfaatkan cahaya matahari yang berlimpah.
"Ini juga sudah saya coba. Tanaman bisa besar karena mendapat sinar matahari yang cukup," jelas Agus kepada TribunJatim.com.
Dikatakan, produktiiftas tanaman pertanian sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam mengkonversi energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis.
Hanya saja konversi energi matahari menjadi energi kimia, efisiensinya sangat rendah, yaitu hanya sekitar dua persen. Nilai Efisiensi Konversi Energi (EKE) yang rendah ini antara lain karena pemantulan dan penerusan energi matahari yang jatuh pada tajuk tanaman.
Serta penggunaan sebagian energi matahari untuk transpirasi dan pembongkaran kembali hasil fotosintesis dalam proses respirasi. Juga karena sistem budidaya tanaman yang kurang tepat sehingga mengakibatkan energi matahari tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal.(Sylvianita Widyawati/Tribunjatim.com)