Fakta Kakak-Adik Pengemis Kaya Punya Rp135 Juta di Bank, Kehidupannya Ternyata Pilu Ditinggal Ayah
Kakak-adik pengemis kaya punya Rp135 juta di bank menjadi perbincangan, kehidupannya ternyata pilu ditinggal mati ayah.
Penulis: Alga | Editor: Sudarma Adi
"Ternyata uang kedua pengemis itu dalam buku tabungan rekening sebuah bank mencapai Rp130 juta dan ditambah lagi uang tunai Rp5 juta lebih."
"Jadi, uang kedua pengemis itu mencapai Rp 135 juta lebih," kata dia.
Menurut Rahmad Fadli SSTP MSi, kedua pengemis tersebut biasanya sering ke bank untuk memproses uangnya agar tersimpan di tabungan.
Baca juga: Nyawa Istri Nyaris Tak Selamat setelah Berhubungan Badan, Cairan Suami Jadi Pemicu, Tampak Sepele?
Diketahui, sepasang pengemis ini setiap harinya berjalan berduaan dengan sang kakak memakai tongkat meminta uang kepada pejalan kaki dan pengendara.
Ternyata di balik tabungan seratusan juta rupiah di bank, kehidupan sepasang kakak-adik pengemis tajir ini cukup menyedihkan dan memilukan.
Kisah pengemis kakak-adik di Aceh Tenggara yang punya tabungan mencapai Rp 135 juta lebih di bank ini pun membuat banyak orang jadi penasaran.
"Informasi yang kita dapat, uang sebanyak itu dia kumpulkan membutuhkan waktu puluhan tahun."
"Mulai dari penyedia jasa becak barang hingga akhirnya menjadi mengemis di Aceh Tenggara," jelas Rahmad Fadli SSTP MSi kepada Serambinews.com, Rabu (4/11/2020).
Fadli lalu menceritakan kisah kehidupan pengemis abang beradik yang disebut-sebut bernama Dona dan Doni ini.
Baca juga: Tragis Cewek ABG Habisi Nyawa Sohib Depan Ortu, Emosi Diejek Jelek dan Miskin, Kondisi Tangan Miris
Awalnya, mereka ada berempat, termasuk abang satu lagi dan ayahnya.
Keempatnya rutin di pasar membawa becak dayung muatan barang yang menjual jasa pengantar dan mengangkut barang pelanggan untuk diantar seperti sayur mayur.
Namun, beberapa tahun kemudian, salah satu abangnya meninggal dunia.
Sedangkan, ayah mereka kemudian jatuh sakit.
Kedua kaki ayahnya pun tak bisa dipakai berjalan alias lumpuh.
Setelah abang meninggal dan lumpuhnya sang ayah, Dona dan Doni setiap hari membawa ayahnya berkeliling Kutacane dengan becak dayung tanpa bak penumpang.