BPJS Kesehatan Tulungagung
Peserta JKN-KIS Tulungagung Bandingkan Harga Rokok dengan Iuran: Terjangkau, Tak Lebih Rp 200 Ribu
Peserta JKN-KIS asal Kabupaten Tulungagung bandingkan harga rokok dengan iuran: terjangkau, nggak lebih dari Rp 200.000.
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG – Manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) tidak hanya didapat ketika diri sendiri sakit.
JKN-KIS juga dapat membantu keluarga terdekat yang kapan saja bisa mengalami sakit atau musibah.
Sebab ada sistem gotong royong dalam program pemerintah ini, yakni yang sehat menolong yang sakit, yang muda menolong yang tua, begitu pula sebaliknya.
Melalui iuran yang dibayarkan setiap bulan, peserta JKN-KIS saling tolong menolong.
Seperti yang dialami salah satu peserta JKN-KIS asal Kabupaten Tulungagung, Yudha Prayugo (27).
Almarhum bapaknya pernah memanfaatkan JKN-KIS untuk sakit paru-paru yang diderita di tahun 2016 lalu.
“Saya jadi peserta JKN-KIS sejak tahun 2014. Pernah makai sekali untuk scaling (pembersihan kerak gigi). Alhamdulillah sehat terus. Orang tua yang pernah makai, bapak sakit paru-paru. Tahun 2016 baru tahu kalau punya sakit paru-paru. Kebetulan bapak perokok, diperiksakan ternyata ada kebocoran di paru-parunya. Dirawat 6 hari di rumah sakit, sembuh, beberapa bulan kemudian kambuh lagi, dirawat di rumah sakit sampai meninggal,” ujar Yudha.
Selama perawatan, Yudha mengaku bapaknya dilayani dengan sangat baik, tidak dibedakan status kelas maupun jenis kepesertaannya.
2 kali rawat inap di rumah sakit, Yudha tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Padahal fasilitas dan pelayanan kesehatan yang didapatkan apabila tidak menggunakan JKN-KIS bisa menghabiskan biaya hingga belasan juta sekali periode rawat inap.
“Tidak dipersulit sama sekali. Kalau biaya pakai umum, kita bisanya mengira-ngira, mungkin Rp 10 juta lebih. Biasanya bapak itu juga nambah darah. 1 kantong darah, waktu itu tahun 2016, harganya Rp 700.000. Itu habis sekitar 5 kantong, belum kamarnya. Pakai BPJS keluar hanya biaya ambulans waktu ngantar jenazah ke rumah, tetapi nggak mahal, terjangkau. Pelayanan di rumah sakit sendiri tidak ada biaya sama sekali,” jelas Yudha.
Tentu hal ini sangat membantu Yudha dan keluarga. Seandainya saat itu belum memiliki JKN-KIS, Yudha akan kesulitan mencari biaya.
Menurutnya, Program JKN-KIS sangat membantu dan bagus, utamanya bagi masyarakat yang tidak mampu.
“Menurut saya sangat terbantu, untuk saya sendiri pribadi sudah mengalami, pas waktu bapak rawat inap sampai meninggalnya itu. Mungkin kalau saya nggak punya BPJS mungkin biayanya mahal sekali, dan mungkin bingung, nyari biayanya dimana. Alhamdulillah pas waktu itu punya BPJS jadi sangat terbantu sekali. Jadi sangat bagus untuk masyarakat, utamanya buat yang nggak mampu,” ucapnya.
Ketika disinggung mengenai iuran, Yudha mengaku tidak berat. Dibandingkan dengan membeli rokok, iuran JKN-KIS lebih terjangkau.
“Kalau menurut saya nggak terlalu berat sih. Kalau itungan saja kita beli rokok saja mampu, masa bayar iuran ndak mampu. Setiap hari rokok Rp 15.000 dikali berapa satu bulan, kalau BPJS kan iurannya terjangkau, nggak lebih dari Rp 200.000, kasarannya gitu,” terangnya.